Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2011

Kegalauan yang Terjawab

Sepekan sudah, hati ini terus berdegub tak beraturan. Semenjak teman SMA-ku, Evi, menyampaikan permintaan anehnya, membuat perasaan ini selalu tidak menentu. Dan uniknya juga, sepertinya mulut ini terkunci rapat, gagu, tidak sampai hati seandainya istri saya harus tahu persoalan yang ada di kepalaku ini. Sehingga itu pula, belum ada keberanian untuk mengungkap kepada kekasih yang telah memberiku 4 orang anak itu. Antara bimbang, galau, ragu, atau apalah namanya yang jelas… cemen, kata anak-anak sekarang. Biasanya…, istri adalah orang pertama yang aku ‘curhati’ ketika banyak sekali masalah yang menggelayuti pikiranku. Tetapi tidak dengan kali ini, sepertinya aku seorang pecundang yang telah kalah sebelum berperang. Atau karena ini menyangkut perasaan wanita, sehingga aku juga tidak tega melukai perasaan wanita. Apalagi wanita yang spesial dihatiku. Ahh… wanita…wanita, ternyata banyak sekali yang aku tidak tahu tentangnya, walau telah 10 tahun lebih aku dekat dengan seorang

Permintaan Evi

”Eh… ini Amin ya…?” Wanita kecil berjilbab putih itu menengok ke belakang, menegurku. Sementara aku, yang merasa tidak mengenalnya, melongo, persis seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Sambil terdiam dengan terus mengingat, siapa sih wanita kecil ini? Kenapa dia tahu nama aku? Kenapa pula ada ditempat ini? “Subhanallah…ini Evi ya…?” Tanyaku dengan ragu-ragu “Iya…, ini Evi, kok Amin ada disini?” “Amin ikut milad juga…?” “Wah…Amin PKS juga to…?” Bangku di depanku banyak akhwat duduk berderet, bahkan hampir memenuhi stadion ini, dengan semua berjilbab putih, ternyata satu diantaranya ada yang mengenalku, yaitu Evi Susilowati. Atas kuasa Allah, dengan masih merasa keheranan, aku dipertemukan dengan teman SMA-ku. Di stadion Gelora Bung Karno, menjadi saksi aku kembali melihat wajah itu, setelah 15 tahun lebih hilang dari ingatanku, walaupun sebenarnya kami sama-sama ada di Jakarta. Tentunya karena kuasa Allah juga, Evi sekarang sudah berubah. Berbusana muslimah, berjil

Ibuku Wanita yang Sederhana

Wanita berumur, yang selalu bangun pagi, bahkan kadang-kadang mandahului ayam berkokok. Sosok ibu yang selalu aktif bergerak, tidak bisa diam, ada saja yang dikerjakan. Menyapu, membersihkan kamar mandi, atau hanya sekedar memasak air panas untuk mandi cucu-cucunya yang kebetulan sedang berlibur di kampung neneknya. Itulah ibuku, masih seperti yang dulu, ketika beberapa minggu lalu aku ‘sowan’ ke rumah Ibu di kampung. Tidak ada yang berubah dengan kebiasaan paginya. Hanya mungkin sekarang Ibu harus sendirian mengerjakan itu semua. Dulu, sewaktu Bapak masih hidup dan kami anak-anaknya masih sekolah, mereka berdua pagi-pagi sudah sibuk. Setelah sholat subuh, dan membaca qur’an sebentar, ‘tenggelam’ dengan kenikmatan pekerjaanya. Bapak mulai menyiapkan semua kelengkapan dan bahan usaha pembuatan krupuknya, sementara ibu sebagai ‘sekretaris pribadi’, menyiapkan keperluan dan sarapan untuk anak-anaknya yang akan sekolah. Dengan kesendiriannya di rumah, setelah kepergian Bapak, i