Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Itulah Afaf… anak pertamaku

Aku masih di kantor, siang itu sekitar pukul 1 siang, di kantor masih suasana istirahat.   Aku juga tidak sedang sibuk bekerja.   Tiba-tiba jalur pribadi (japri) BBM ku berbunyi, ternyata dari istriku.   Tetapi bukan istriku yang nulis.   Anakku yang pertama, Afaf yang menulis dan mengirim ke BB ku.    “Bi, ni Afaf, aku juara 1 futsal…” “Alhamdulillah… ngegolin gak?” “Iya… 3 kali…” “Lawannya kls brp…?” “Brp skor…?” “Pertama lawan 4a, trus lawan 4b, trus lawan 5a, terakhir final lawan 3c, aku golin yang lawan 4b sama 3c…” “Weis…hebat.   Dpt hadiah dong…?” Itulah sebagian percakapanku dengan anak saya Afaf.   Hari itu di sekolahnya ada class meeting , setelah 2 pekan sebelumnya ujian kenaikan kelas.   Dan anakku Afaf, kelas 5B, ikut pertandingan futsal.   Senang sekali dia dapat juara.   Sehingga cepat-cepat memberitahu aku.    Sebelumnya juga Afaf ditunjuk   menjadi tim inti futsal di sekolah.   Makanya pernah dia merengek-rengek minta sepatu futsal.   Tet

Pertemuan Terakhir

(dimuat di Islamedia) Malam Ahad, adalah prime time waktu saat sekumpulan orang-orang ini untuk bertemu pekanan, halaqoh .  Tetapi ada yang lain halaqoh kali ini,  pertemuan pekanan hari itu dihadiri oleh dua orang Murobbi .  Ada seseorang yang baru diantara kumpulan orang-orang itu.  Ya… karena hari itu adalah pertemuan terakhir, bagi Murobbi lama untuk berpisah dengan para mad’u (binaannya).  Karena Murobbi yang lama mendapat amanah dakwah baru, untuk mendampingi halaqoh yang lain. Seperti biasa, awalnya acara pertemuan pekanan itu berjalan biasa, dibuka oleh seorang anggota halaqoh yang mendapat giliran MC , dilanjutkan tilawah, dan seterusnya.  Kemudian tibalah waktunya Murobbi yang lama menyampaikan kata-kata perpisahannya. Mendadak suasana berubah, menjadi hening, semua  diam, tercekat.  Agak lama berselang… dengan suara perlahan, sedikit bergetar,  Murobbi lama mulai membuka dengan salam dan sholawat .  Nampak wajah-wajah binaannya dengan mimik serius, cen

Bukan Mukhoyyam Ceria (Penutup)

Udara yang luar biasa dingin, memaksa saya bangun, karena sebentar lagi masuk subuh.   Antrian wudhu sudah mulai mengular, apalagi antrian ke WC, wow… lebih panjang.   Bayangkan ada 200 orang lebih, hanya ada 1 tempat WC… he…he…. Setelah sholat subuh, bertebaranlah para peseta, ada yang masih setia antri di WC, ada yang tilawah, ada mulai menyalakan kompor, ada yang masih menghangatkan tubuhnya dengan api unggun, yang jelas pagi itu semua terlihat sibuk.   Bagaimana tidak sibuk, sebentar lagi kita akan ada longmarch , peristiwa yang besar dari sebuah rangkaian mukhoyyam .   Tentunya dengan durasi lebih lama dari yang pertama.   Sehingga masing-masing harus siap, baik secara ruhyah, maupun fisik. Ada yang unik pagi itu, sarapan yang melimpah ruah.   Banyak yang menanak nasi, tentu lengkap dengan lauknya.   Sehingga grup kamipun kecipratan nasi dan lauk dari grup tetangga.   Padahal grup kami tidak ada yang membawa alat memasak.   Lebih unik lagi, ada yang lauknya ayam kam

Bukan Mukhoyyam Ceria (lanjutan...)

Sabtu pagi yang cerah, setelah sholat subuh, peserta berkumpul dilapangan untuk senam pagi.   Senam ini cukup membuat keringat para peserta, bukan karena beratnya gerakan senam, tetapi terik sinar matahari yang membuat keringat bercucuran…he..he… Masih dilapangan, kami sarapan bubur dan roti, cukup mengganjal perut ini.   Acara dilanjutkan dengan ceramah tentang Relawan Indonesia (Relindo), oleh Khairul Waalid.    Haflah, karena waktu yang terbatas, sehingga hanya tampil beberapa grup saja.   Tidak semua grup dapat menampilkan kebolehannya.    Ada nasyid, ada drama ovj, ada stand up comedy .   Yah…cukup menghibur, yang pasti, penampilan stand up comedy membuat suasana ‘panas’ terjadi lagi… Hmmm… Ada gajah nelpon, ada kompor, dan ada sosis…he..he… Setelah haflah, materi survival kembali disampaiakan oleh Khairul Waalid, intinya peserta mukhoyyam diberi pembekalan untuk dapat ‘survive’ ketika pada kondisi diluar kebiasaan, tersesat digunung, dihutan, ketika banjir, a

Bukan Mukhoyyam Ceria (Lanjutan...)

Semakin malam, semakin kencang angin menerpa.  Yang tadinya sepoi-poi, menjadi angin yang dingin, seperti masuk ke dalam tubuh, menusuk tulang-tulang rusukku.   Mataku memang terpejam, tetapi tidak tertidur.  Lama saya memaksa tidur, tidak mau kompromi mata ini.  Berbahagialah teman-teman lain…, yang lelap tidurnya malam itu, sampai-sampai terdengar bersaut-sautan suara mengorok, he…he…. Dari pada tidak tidur juga, mencoba bangun dari tidur, melihat sekeliling, membaca situasi tempat di kegelapan.  Tenyata banyak tubuh-tubuh bergelimpangan, berserakan.  Tidak sedikit juga yang terbangun.  Ada yang tilawah dengan penerangan lampu senter, ada yang jalan menuju toilet, ada yang lagi sholat di atas matras.  Sementara aku…, ikut antri berwudhu aja ah….   Menjelang subuh, hampir semua peserta sudah bangun.  Karena pesertanya yang banyak, juga belum ada komando dari Panitia, kami sholat subuh sendiri-sendiri.  Maksudnya…sholatnya berjamaah, tetapi banyak kelompok-kelompok sholat