Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Belajar dari Om Jono

(Kisah ini saya kirim ke Islamedia, Inspirasi, berharap di publish) Matanya memang tidak bisa melihat, tetapi tidak dengan hatinya. Dialah Om Jono, begitulah aku biasa memanggilnya. Hatinya menyala terang, bahkan sangat terang, Ia tidak mau menjadi peminta-minta, seperti orang-orang buta lainnya yang sering aku lihat di jalan-jalan atau angkutan umum. Tetapi memilih menjadi tukang pijat, pekerjaan yang lebih terhormat katanya, dibanding menjadi pengemis. Aku mengenal Om Jono setelah menikah dengan istriku, bahkan dengan keluarganya ikut hadir saat pernikahanku. Dulu, sewaktu almarhum ayah mertua masih hidup, menjadi tukang pijat langganan ayah mertuaku. Sekarang kebiasaan memijat itu, diteruskan ke menantunya, yaitu aku. Hampir sebulan sekali Ia datang ke rumah untuk memijat. Rasanya hati ini tidak tega, setiap kali Om Jono menelpon, mau datang ke rumah, walaupun kadang-kadang badanku sedang tidak pegal-pegal amat. Om Jono ini orangnya suka bercerita. Disela-sela dal

Lelaki Muharrik Itu Menangis...

(Cerpen ini telah di muat di Islamedia, Sastra Islami) Lelaki di depanku itu tertunduk lesu, lemas, tatapan matanya kosong, sepertinya berat sekali beban yang menggelayuti pikirannya. Lelaki yang gagah, Lelaki yang biasa menghadapi kerasnya merintis usaha…kok tiba-tiba jadi cengeng gini….wah, ada apa ini? ……………… Adalah Andi, binaanku dalam halaqoh. Sudah sekitar lima tahun, aku berinteraksi dengannya. Selama itu pula aku tahu, Ia adalah ikhwan yang tangguh, muharrik, dan termasuk kader terbaik dalam halaqohku. Tidak seperti Murobbi-nya yang sok lucu, suka mbayol… Tetapi ternyata tidak terjadi pada kali ini, anomali Andi yang biasa ceria. Menampakkan wajah yang serius, seserius seorang pelajar SMU yang sedang ujian akhir. Walah… kok jadi ngomongin anak sekolah? Padahal beberapa saat sebelumnya, ketika masih ada beberapa ikhwah lainnya, ia terlihat seperti biasanya…ceria. Bukan iklan mobil Daihatsu Ceria lho… “Afwan ustadz…, ada yang perlu ana sampaikan…” “Ana minta w