Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Prasangka Baiklah...

  Sabtu sore, sekira pukul 16.00 ada berita masuk di grup WA SMP, Pesawat Sriwijaya hilang kontak.   Segera aku cari beritanya di medsos, dan benar.   Kejadian, pesawat jatuh ini mengingatku sepekan sebelumnya, saat aku berada di pesawat Lion, terbang ke Bengkulu. Begini ceritanya… Pagi ini, hari terakhir liburanku di rumah.   Dan akupun telah siap untuk kembali bekerja di perantauan.   Dengan tiket sudah di tangan, aku tiba di Bandara pukul 6.30.   Hari ini juga terakhir liburan anak sekolah, sehingga sangat ramai di terminal kedatangan.   Orang lain pulang ke Ibu Kota, selesai liburan, aku sebaliknya, kembali kerja di luar kota.   Sementara berpisah lagi dengan keluarga. Pesawat yang aku tumpangi take off terlambat 30 menit.   Tidak begitu penuh, mungkin hanya terisi setengahnya, akupun duduk sendiri dari 3 bangku.   Di dalam pesawat aku banyak berdzikir, kebiasaan ini yang selalu aku lakukan setiap kali naik pesawat.   Tapi kali ini dzikirku sepertinya hambar, sekedar teruc

IKHSAN...Namamu

  Setiap aku sholat selalu dia nongol di balik jendela musholla. Sepertinya memperhatikan sgerak gerik sholat kami para jamaah. Rumahnya persis di depan musholla, maka saat waktu sholat selalu datang ke musholla, tetapi tidak ikut sholat.   Melihat fisiknya aku yakin sudah dewasa, akil balig, karena sepertinya seumuran dengan anak lakiku Haqi, kelas satu SMA. Aku jamaah baru di musholla, karena jaraknya dekat dengan kantor, maka setiap waktu sholat aku menunaikannya di musholla ini.   Sebagai orang pendatang, aku tahu budaya timur, maka berusaha untuk ramah setiap bertemu orang, termasuk anak ini.   Setiap ketemu aku senyum ke dia, sambil aku buka masker sebentar.   Anak itu pun membalas senyumku. Anak ini ada kelainan, walau fisiknya terlihat sudah balig, tetapi gerak tubuhnya tidak beraturan, sepertinya otaknya tidak bisa sepenuhnya mengendalikan setiap gerakan tubuhnya.   Atau istilah kedokteran disebuat dengan ataksia , bicaranya juga tidak jelas, seperti   orang bisu, tapi kad

KANTOR INI KEMBALI SEPI

  Waktu menunjukkan pukul lima sore, Ruang kantor ini kembali sepi, semua pegawai sudah pulang.   Sementara aku, tidak pulang. Sebab tidak ada rumah yang aku tuju. Sunyi mulai mendera, seperti biasa aku jalani dua minggu ini. Walau ruangan kantor sepi, hatiku harus ramai.   Ini yang tiap saat aku tanamkan dalam fikiranku. Karena sebenarnya banyak kesibukan, kerja-kerja produktif yang bisa dikerjakan.   Seperti biasa, pandangan tertuju ke laptop, sengaja aku tidak matikan dari pagi.   Aku mulai menulis, mengisi hatiku yang sedang meronta.   Ya, meronta karena banyak pertanyaan berbisik di hatiku,   menghadapi banyak hal baru,   berjauhan dengan keluarga.   Suasana kerja baru, jabatan baru, bahkan ritme kegiatan harian yang baru. Aku ingat, kegiatan hari pertama kerjaku adalah, mengunjungi tetangga sebelah kantor. Namanya Pak Azazi, orang asli daerah sini. Karena kantorku, yang terletak diantara rumah-rumah penduduk, yang tidak terlihat seperti kantor.   Bangunannya pun, awalnya ad

KOTA TEMPAT KERJAKU

  Pagi ini, dari balik jendela kaca ruang kerja, aku tengok keluar, tampak 6 motor parkir.   Ibu-ibu berseragam kuning Pemda, dan batik PGRI adalah pemilik motor-motor itu.   Mereka datang ke kantor tempat aku bekerja, tentu ada hal yang akan di urus. Ya, aku kerja di kantor pajak Manna, Bengkulu Selatan.   Pemandangan ini, hampir tiap hari mewarnai kantorku.   Tentu mereka ada keperluan,   baik itu mendaftarkan NPWP, mencetak ID Billing untuk membayar pajak, atau keperluan lain yang berkaitan dengan pajak. Inilah, masyarakat yang sering aku temui.   Mereka adalah para Pegawai Negeri, guru, ataupun pegawai Pemda disebuah kota Kabupaten yang kecil. Golongan masyarakat ini yang cukup aware terhadap kewajiban pajak, seiring dengan tingkat pendidikan dan pemahaman mereka terhadap pentingnya pajak. Tetapi, mereka ini hanya sebagian kecil saja, dari masyarakat dari Penduduk kota Kabupaten.   Karena sebenarnya penduduknya banyak di dominasi para Nelayan, Petani, atau pedagang kecil meneng