Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2011

10 (Sepuluh) Vs 1 (Satu)…

Saudaraku… Ketika kita melakukan suatu aktifitas, biasanya dimulai dari niat. Niat itu adanya di dalam hati, tidak selalu harus dilafadzkan . Karena adanya di dalam hati, ia bisa berupa 'bisikan-bisikan' yang tidak terucap, tetapi mengiang keras di telinga kita. Niat sering menjelama menjadi berupa dorongan-dorongan semangat, sehingga setelah diperintah oleh otak dan pikiran, kemudian anggota badan kita merespon dengan melakukan suatu gerakan atau tindakan. Tindakan inilah yang kemudian disebut dengan amalan. Karena ia mengamalkan apa yang ‘dibisikkan’ di dalam hati. Nah, ketika amalan yang dilakukan itu adalah suatu kebaikan karena memang hati itu banyak dipenuhi dengan ‘bisikan-bisikan’ yang baik. Begitu juga sebaliknya, kalau hati itu dipenuhi oleh ‘bisikan-bisikan’ yang kotor, maka anggota badan ini akan juga melakukan amalan yang buruk. Makanya perbanyaklah ‘bisikan-bisikan’ didalam hati itu suatu kebaikan, agar setiap amalan yang kita lakukan adalah suatu

Cemburu

(hanya CERPEN, dimuat di Islamedia.web.id 17 Feb 2011) Samar-samar sebuah suara mengusik tidur lelaki itu. Melalui celah gendang telinga, suara itu menerobos perlahan membawa dari alam mimpi pada keterjagaan. Tetapi kantuknya masih tak tertahan, sehingga matanya masih menggelayut terpejam. Tak ingin Ia hiraukan samar-samar suara itu, tetapi semakin terang dalam keterjagaan telinganya sekarang. “Rizal… Rizal… “ Tiba-tiba saja matanya mengerjap, terjaga dengan begitu cepat. Kantuknya cepat-cepat meninggalkannya. Salahkah Ia mendengar? Mimpikah? Sambil menggoyang-goyangkan kepalanya, dia amati wajah ikhlas pemilik suara tadi. Lelaki itu tidak sedang bermimpi. “Rizal… “ Nama itu kembali terucap dari bibir wanita di sampingnya. Begitu lirih…, begitu dalam…, begitu…, ah tak mampu Ia menggambarkannya. Lelaki itu tercekat, nafasnya berdegup kencang, dadanya teramat sesak. Seakan bumi itu runtuh menimpanya. Seperitnya rasa sakit begitu menjajah hatinya. Sakit, sakit, saki

Azzam Menjadi Pengusaha...

Ahad pagi, 6 Februari 2011, aku sengaja mengajak istriku untuk hadir mengikuti seminar tentang cara mudah, cepat, dan aman menjadi pengusaha yang diadakan oleh Komunitas TDA tangandiatas Bintang Selatan. Mungkin ini merupakan kesempatan yang pertama, aku menghadiri suatu seminar berbayar berdua dengan istriku. Awalnya aku hanya ingin sendiri saja, ingin mengetahui seperti apa sih seminar ini? Tetapi diluar dugaan, istriku berminat juga dan cukup antusias untuk bisa ikut, ketika aku sampaikan bahwa akan ada seminar ini. Kenapa demikian… Saat ini aku sedang tertarik dengan usaha, entah mengapa ada keinginan yang kuat dalam diriku bahwa suatu saat nanti aku juga akan bisa menjadi seorang pengusaha. Mengapa Pengusaha? Karena menurut saya pengusaha itu adalah orang yang melakukan usaha, usaha apa saja. Jadi tidak harus menjadi seperti Yusuf Kalla, misalnya atau Chairul Tanjung. Yang penting cukup untuk memberi pelajaran pada anak-anak saya nanti, bahwa adalah keutamaan seseorang

Surat Untuk Istriku…

Abi bersedih Umi…, ketika melihat diri ini yang tidak bisa menemani Umi dan anak-anak sibuk untuk mempersiapkan segala keperluan sekolahnya. Karena Abi harus berangkat pagi, demi untuk sejumput rezeki . Maka bersabarlah wahai istriku…, kelelahan disetiap pagi hari itu semoga selalu menjadi saksi diakhirat kelak ketika engkau ikhlas… Abi sungguh bersedih Umi…, ketika tidak bisa mendampingi anak-anak belajar mengeja huruf-huruf Alqur’an sehabis sholat maghrib, karena Abi masih harus berjibaku dengan kemacetan dijalan. Ingin sekali memandikan sore mereka, kemudian mengajaknya sholat maghrib berjama’ah… Abi terus bersedih Umi…, tiap malam Umi yang selalu menemani anak-anak bahkan sampai harus tidur paling larut, karena menunggu anak-anak tidur. Sementara Abi pun terpejam matanya lebih dulu, dengan alasan capek seharian bekerja… Abi sungguh bersedih Umi…, seringkali mulut ini mengeluarkan kata-kata yang itu akan membuat hati Umi bersedih sampai harus mengeluarkan air mata. Sungguh

Husna Esmiralda

Husna Esmiralda Engkau adalah kekasihku… Sehingga engkaulah orang yang paling berhak untuk mendapatkan kasih sayangku. Sehingga setiap hembusan nafas ini adalah dalam rangka mengukuhkan kasih sayang itu. Engkau adalah anugerah yang Allah berikan untukku. Sehingga ketika Allah nanti meminta pertanggung jawaban atas anugerah itu maka, engkau akan bersaksi bahwa aku telah berusaha menjadi sebaik-baiknya penjaga anugerah itu. Engkau adalah Istriku… Karena sebaik-baik seorang Suami adalah yang paling baik terhadap istrinya, maka aku adalah Suami yang akan berusaha memberikan pelayananan terbaik bagimu. Bukankah pemimpin adalah pelayan bagi kaumnya? Engkau telah melahirkan dari rahimmu yang mulia, empat generasi terbaikku. Semoga Allah memberikan keberkahan atas semua kelelahan yang engkau alami selama itu. Mengandung…, rasa mual…, begah…, sesak…, tidak nyeyak tidur…, membawa kandungan kemanapun pergi. Lalu melahirkan…, memperataruhkan nyawa…, menyusui…, malam terbangun. A