Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Ibuku Wafat

  Ibuku Wafat Mendengar ibu di kampung dirawat di rumah sakit, aku segera pulang.   Naik kereta pagi, Sabtu sore sampai, langsung ke rumah sakit, tanpa mampir ke rumah Ibu dulu.   Sudah ada dua kakakku yang sedang menunggu, baru semalem Ibu menginap di rumah sakit.   Menjelang malam kakak-kakakku pamit pulang ke rumah masing-masing.   Aku menjaga Ibu malam itu sendiri, memang kepulanganku sengaja untuk menunggu Ibu yang sakit. Tiap malam (sampai wafatnya Ibu), aku sendiri yang menginap di kamar perawatan, di sofa sebelah bed tempat Ibu berbaring. Pagi-pagi, biasanya kakakku Mbak Nur datang ke umah sakit, sambil membawa sarapan buatku.   Aku sangat lahap sarapan makanan khas kampung, semisal soto garingan, atau gudangan.   Ini mengingatkanku, 32 tahun yang lalu, dari kecil sampai lulus SMA, selalu sarapan dengan itu, atau kadang dengan bubur pakai sayur letok dan ketan dikasih kuah kuah gula jawa. Ah… masa-masa itu, mungkin tidak bisa dirasakan anak-anakku sekarang, yang sejak lah

Ustadz Heru...

  Aku mengenal Dia, saat memimpin tahlilan syukuran tetangga, dalam rangka menempati rumah dinas baru, pegawai pengadilan agama di Bengkulu Selatan.   Dari raut wajahnya nampak orangnya ceria, dengan tubuh yang besar dan tegap terlihat energik. Maka, semangat pula saat memimpin tahlilan. Sepulang dari tahlilan, info dari Pak Irul, orang tersebut namanya ustdaz Heru, asli orang Jawa, lahir di Lampung, sekarang menetap di Manna. Sekian lama tidak berjumpa, qodarrullah dipertemukan di acara nikahan anaknya Pak Rosihan.   Aku dan Dia bertugas sebagai penerima tamu. Sengaja aku duduk dikursi samping Ustadz Heru, agar bisa ngobrol banyak.   Awalnya aku sapa, Ustadz Heru ya? Lalu aku memperkenalkan diri, Halik Amin, Kepala KP2KP Manna, menggantikan Pak Kairan. Obrolan makin seru, suka cerita Dia. Maka akupn jadi banyak dapat informasi tentang ke-ustdzan-nya.   Dulu pernah jadi ketua Masjid Attawab, tempat aku biasa sholat jamaah. Karena perbedaan sedikit dengan Pak Rosihan, Ustadz Heru

Pertemuan Itu Sementara...

  Pertemuan itu sementara… Aku kenal Pak Man, biasa orang memanggilnya begitu, nama sebenarnya Ruslan, karena punya anak namanya Man, maka dipanggil Pak Man.   Aku sudah mengenalnya 1,5 tahun ini. Orangnya sudah sepuh, umur sekitar 75 tahun. Pensiunan PNS, walau sudah tua tetapi masih giat bekerja.   Ia membuka warung dan bengkel sepeda. Tetapi kesehatannya yang terganggu, maka sering warung dan bengkel sepedanya tutup. Kalau lagi sakit, dia biasa duduk-duduk di depan rumahnya. Aku sering menyapa, kalau lewat di depan rumahnya. Menanyakan kondisi kesehatannya dengan bahasa isyarat, karena pendengarannya agak terganggu.   Sambil tersenyum kepadanya, dengan mengepalkan kedua tanganku, aku berharap dia sehat, tetapi dia dengan bahasa tubuhnya, bahwa sedang sakit. Sering ketemu di masjid, saat solat Jumat. Biasa dia duduk di barisan depan paling kanan, karena bisa sambil pegangan tembok kalau pas mau berdiri pulang meninggalkan masjid. Aku sengaja duduk di sampingnya, agar bisa ngobr