Keinginanku...



Hari ini aku bangun pagi terlambat.  Adzan selesai berkumandang, tapi mata masih kantuk.  Terpaksa, Aku segera bangun.  Rasanya rugi sekali, kalau tidak sholat subuh di masjid.  Waduh…baru selesai buang air kecil, sepertinya desakan kotoran sisa makan di perut minta di keluarkan.  Terpaksa aku harus berlama lagi di kamar mandi.  Selesai juga, tapi…ahhh sudah terdengar suara iqomah di speaker masjid.   Segera aku gosok gigi, ambil air wudhu dan cepat-cepat keluar dari kamar mandi.

Anak-anak masih kompak tidur, dipimpin oleh Uminya juga masih nyenyak, Teteh lagi sibuk di dapur.  Aku sengaja tidak membangunkan pimpinannya, karena lagi libur sholat…hehehe.  Pakaian sholat sudah lengkap, tancap ke masjid.

Sreeet…aku buka pintu samping rumah yang akhir-akhir ini mulai seret di buka.  Maklum rumahnya sudah tua, minta direnovasi…, eit bukan rumahnya…, tapi emaknya anak-anak yang minta, hehehe….
Aku berjalan ke mesjid, tidak tergesa-gesa.  Jalan di komplek rumahku tampak masih becek, karena seringnya turun hujan, belum lagi aspalnya yang mulai hilang, hingga tampak merah tanahnya yang membuat jadi becek.   Aku harus memilih-milih jalan, agar tidak kotor mengenai sarungku.  Untungnya tidak jauh jarak masjid dari rumahku.

Wah…, ketinggalan satu rekaat, segera aku ambil barisan kanan shaf yang masih lowong.  Alhamdulillah…bisa ikut berjamaah.

Selesai sholat, sengaja aku menunggu imamnya meninggalkan tempat.  Padahal seringnya aku pergi meninggalkan masjid lebih dulu dibanding imamnya.

Hmmm… Aku ada keperluan dengan Pak Yahya, Bapak tiga anak ini, memang sering menjadi imam di masjid komplek rumahku.  

Segera aku barengi keluar masjid, aku ajak ngobrol, tentang anaknya Dhani yang saat ini duduk di kelas 3 SMP pesantren Gontor.  Awalnya aku tanya, bagaimana dulu anaknya bisa mau bersekolah di Gontor? Apa yang membuat Dhani tertarik sekolah di pesantren?

Sambil jalan pulang, Pak Yahya bercerita, bahwa anaknya sendiri yang minta sekolah di Gontor.  Tidak pernah memaksa.  Mulanya saat kelas 4 SD Muhammadiyah, guru agama di sekolahnya adalah lulusan Gontor.  Gurunya sering bercerita, kalau ada yang mau sekolah ke gontor, boleh main-main ke rumah Pak Guru.  Nanti dikasih tahu cara masuknya dan contoh-contoh soalnya.  Entah kenapa Dhani mulai tertarik, sehingga sejak saat itu sering main ke rumah gurunya.  Dan ketika kelas 6, Dhani mengancam gak mau sekolah, kalau gak sekolah di Gontor.

Waduh…Pak Yahya kelabakan, padahal dia nihil informasi tentang Gontor.  Belum lagi gak bisa buru-buru, karena pekerjaan yang tidak mungkin di tinggal, tidak bisa juga mendadak cuti kerja.  Akhirya, dengan naik bis Ibunya lah yang menemani Dhani survey tempat ke pesantren Gontor.

Saat ini… Dhani sudah kelas 3 SMP, sedang mengikuti lomba olimpiade Matematika, mewakili sekolahnya.
Kawan…, dari cerita di atas, ada hikmah yang aku akan sampaikan.

Anak aku yang pertama, Afaf, tahun ini akan masuk ke SMP.  Setiap aku tanya dia, mau ke SMP mana, selalu di jawab belum tahu, atau terserah.  Pekan kemarin aku ajak main ke pesantren Darul Qur’an Mulia (DQM) di Gunung Sindur, Bogor.  Bahkan Aku cukup lama berinteraksi, tanya-tanya informasi dengan Petugas TU-nya, tetapi Afafnya malah tidak mau ikut nimbrung, dia jalan-jalan di sekitar pesantren bareng Om-nya.

Maunya aku sih Afaf masuk DQM, Insya Allah… jadi penghafal Al Qur’an, tetapi setelah aku mendengar cerita Pak Yahya, aku jadi berfikir ulang, serahkan pilihan ke anak saja,  karena dia sendiri yang menetukan.  Karena dari pengalaman datang ke DQM sepertinya Afaf kurang tertarik dengan pesantren, lebih-lebih ketika aku tanya pendapatnya setelah melihat-lihat DQM, Afaf jawab…’yah… kita coba ya Bi… tapi kalau nggak masuk gak apa-apa…ya?’.   Glekkk… Aku menelan ludah.  Ok, ya sudah… kalau keinginan anak tidak ada, mau diapakan lagi.

Aku memang tidak memaksa Afaf masuk pesantren, tetapi aku ingin dia jadi penghafal alqur’an.  Wah…wahh… Ini keinginan yang aneh pula… hehehe….  Bagaimana tidak aneh?  Terus terang, aku ingin anakku jadi penghafal alqur’an, tetapi aku sendiri jarang mengarahkan dia berinterkasi dengan qur’an.  Aku jarang membuat suasana di rumah yang membuat anak-anak akrab dengan qur’an, aku jarang mengecek tilawahnya, hafalannya, bagaimana anak akan tertarik dengan qur’an?.  Lalu gimana dong…?  Masak semua keinginanku terhadap Afaf gak ada yang tercapai? 

Ya sudah… lagi-lagi aku berfikir ulang. Dan mulai sekarang, keinginan-keinginan Aku terhadap anak-anakku, tidak juga harus berlebihan.  Karena harus juga memperhatikan sikap (muyul) anak, tidak bisa dipaksa-paksa.   Anak itu kesenangannya apa?  Biarkan anak mengeksplore semua kelebihan-kelebihannya, kesenangannya.   Nah, kita sebagai orang tua tinggal mengarahkan dan tentunya memfasilitasi, sehingga kelebihan-kelebihan itu lama-lama menjadi skill.   Dengan skill nya anak-anak akan membuktikan, ia juga bisa berprestasi.

Ternyata setelah lama aku amati, Afaf sukanya seni dan olah raga. Termasuk yang menonjol di sekolah, nilainya 2 pelajaran ini.  Berenang, futsal, dan menggambar adalah hobinya.  Ok, kalau begitu aku harus mencarikan sekolah SMP nantinya, yang ada fasilitas seni dan olah raganya. 

Itulah hikmahnya… biarkan anak-anak berkembang sesuai kemampuannya…Biarkan anak yang akan menentukan masa depannya dengan enjoy.

Jakarta, 6 Desember 2012
Abu Fathi

Komentar

  1. Catatan juga bahwa tidak semua sesuatu yang baik harus selalu di tanya kepada sang anak....kadang kita merasakan banyak cerita sebuah kebaikan itu baru dirasakan oleh sang anak ketika dia tumbuh besar menjadi dewasa dan menjadi orang yang baik dari segi agama karena dulunya Ayahnya atau kedua orang tuanya sangat Disiplin /sedikit memaksakannya untuk dapat masuk ke sebuah sekolah/pesantren dimana nilai nilai keagamaannya begitu sangat diperhatikan dan disiplin..bahkan bisa menjadi penghafal alquran...ingat anak anak adalah tetap anak anak terlebih ketika usianya baru menginjak SMP disitulah karakter anak baru akan terbentuk.. kalau ditanya ..pasti semua anak tidak ada yang mau berpisah dengan orang tuanya... namun keinginan dan azzam yang kuat dari kedua orangtuanyalah yang pada akhirnya berbuah sebuah hasil dimana sang anak akhirnya diberikan oleh ALLAH swt kekuatan untuk mau masuk di pesantren.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar dengan tetap menjaga kesopanan

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku