HASRAT DUA WANITA

Membaca kisah 'Aku (tak) Ingin Menikah' dalam laman dakwatuna.com, tentang hasrat seorang akhwat yang sakit mendambakan suami seorang dokter.  Sehingga setiap kali akhwat itu sakit, suaminyalah yang mengobati, tidak perlu mengantri, mendengar keluh sakitnya, yang menyuntikkan jarumnya, menginfusnya, dll, tentunya dengan penuh rasa cinta karena pasiennya adalah istrinya sendiri.  Termasuk juga hasratnya untuk menikah atau bahkan tidak menikah sekalipun hanya semata-mata karena Allah SWT.

Selesai membaca kisah itu, aku teringat kawanku, kisah tentang Istrinya juga, masih tentang hasrat, kejadian malam itu… ceritanya,

Dalam tidur, tiba-tiba seperti ada benda berat menggelayut di punggung Suaminya, seperti menindih.  Antara sadar dan tidak, mata Suami sedikit dibuka.  Ada sebelah kaki melingkar di atas pinggang kanannya.  Masya Allah…. ternyata kaki istri, desisnya.  Dibiarkan saja terus menggelayut, sepertinya ada 'kekangenan' yang luar biasa, batin suami.  Sehingga dalam tidur saja, ia ingin berdekatan denganku, gumamnya.  Dengan dekapan itu, suami merasakan sepertinya istri ingin melepaskan semua 'hasrat' yang ada pada dirinya.

Sengaja suami tidak merubah posisi tidur, agar Istri bisa berlama-lama terus mendekap.  Sambil suami membuka pembicaraan.

"Kenapa Sayang…, kok belum tidur" ?
Suami melihat jam di dinding, menunjukkan pukul 1 malam.
"Aku gak bisa tidur Bi…"
"Sudah lama Bi kita nggak nyampur, pengin… rasanya…"

Ternyata istrinya tidak bisa tidur, mungkin karena pengaruh obat yang diminumnya. 

Dalam kesendirian, demi melihat suaminya tidur pulas dia memeluknya erat-erat, bahkan sangat erat.  Ia sepertinya sudah lama tidak melepaskan hasratnya.  Maka, malam itu Istri mengajak Suami untuk melakukannya. 

Sambil gantian Sang Suami mendekapnya dari belakang, ditolaknya secara halus ajakan istrinya.  Karena suami tahu, kondisi badan istrinya masih lemah, hari-hari sebelumnya sakit kronis yang dideritanya sejak kecil itu, kambuh.  Suami tahu persis, kondisi istrinya yang sakit-sakitan itu, maka Ia menolak ajakan istri.
"Nanti saja ya sayang… kalau Umi sudah sehat…"

Sahabat…

Dua peristiwa di atas adalah tentang hasrat seorang Wanita.  Ternyata bahwa wanita juga mempunyai hasrat atau keinginan-keinginan.  Wanita yang belum menikah mempunyai keinginan untuk menikah, tentunya dengan suami yang bertanggung jawab, sesuai dengan dambaannya. 

Setelah menikahpun, seorang istri juga mempunyai hasrat, termasuk hasrat untuk melakukan hubungan suami istri.  Untuk kejadian ini, seorang suami tidak bisa tidak, atau harus bisa membaca sinyal-sinyal itu.  Ketika istri menunjukkan tanda-tanda itu, maka suami harus menyambutnya.  Bahkan kalau perlu mempersiapkannya sebaik mungkin.

Ternyata istri bisa juga terang-benderang menunjukkan tanda-tanda dirinya sedang berhasrat.  Bukankah biasanya para suami ?  Hehehe… masak belasan tahun ikut halaqoh tidak ada bekas tentang pemahaman ini.
 
Bisa jadi karena istri merasakan betul kedekatannya dengan suami, termasuk ketika berhubungan suami istri.  Mereka saling terbuka, saling memahami, saling mengetahui kebutuhannya.   Sehingga sang istri pun menikmati hubungan itu.

Atau karena, memang istri tahu betul tanggungjawabnya untuk hal ini, sehingga tidak perlu diminta oleh sang suami, sang istri menawarkannya. 

Sehingga saling memahami, saling pengertian, adalah hal yang pokok dalam kehidupan berumah tangga, termasuk dalam hal, tanda-tanda istri sedang berhasrat…hehehe…

Sahabat…

Maka…, tebarkanlah cinta suami pada istri-istri kalian, maka istri-istri kalian akan mengembalikan cinta itu dengan lebih banyak.

Jakarta, 28 Agustus 2013
Abu Fathi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku