Pertemuan Itu Sementara...

 

Pertemuan itu sementara…

Aku kenal Pak Man, biasa orang memanggilnya begitu, nama sebenarnya Ruslan, karena punya anak namanya Man, maka dipanggil Pak Man.  Aku sudah mengenalnya 1,5 tahun ini.

Orangnya sudah sepuh, umur sekitar 75 tahun. Pensiunan PNS, walau sudah tua tetapi masih giat bekerja.  Ia membuka warung dan bengkel sepeda. Tetapi kesehatannya yang terganggu, maka sering warung dan bengkel sepedanya tutup. Kalau lagi sakit, dia biasa duduk-duduk di depan rumahnya. Aku sering menyapa, kalau lewat di depan rumahnya. Menanyakan kondisi kesehatannya dengan bahasa isyarat, karena pendengarannya agak terganggu.  Sambil tersenyum kepadanya, dengan mengepalkan kedua tanganku, aku berharap dia sehat, tetapi dia dengan bahasa tubuhnya, bahwa sedang sakit.

Sering ketemu di masjid, saat solat Jumat. Biasa dia duduk di barisan depan paling kanan, karena bisa sambil pegangan tembok kalau pas mau berdiri pulang meninggalkan masjid. Aku sengaja duduk di sampingnya, agar bisa ngobrol saat sebelum solat dimulai. Tentunya dengan aku dekatkan suaraku ke kupingnya, sambil menggunakan bahasa isyarat juga.

Tetapi sudah dua Jumat aku tidak melihat Pak Man solat di Masjid. Aku tanya Pak Azizi, tetangganya, ternyata sedang sakit dirawat di rumah sakit. Ya Allah, semoga Allah segera mengangkat penyakitnya, doaku saat itu.

Jum’at ketiganya, setelah selesai solat subuh, aku dikasih tahu jamaah di masjid, bahwa semalam pukul 20.30 Pak Man dipanggil ke Rahmatullah.  Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. Pak Man meninggal di RS Yunus Bengkulu, setelah di rawat selama seminggu.

1,5 tahun bukan waktu yang lama aku mengenal Pak Man, karena aku orang baru di daerah ini, pendatang, perantauan yang datang sendirian tanpa bawa keluarga. Maka sebanyak-banyaknya aku harus banyak kenal dengan penduduk sekitar, terutama orang-orang tua. Aku bisa ngobrol dengan mereka, berbagi cerita, bisa banyak mengambil hikmah, tentunya pengalaman hidupnya bisa menjadi pelajaran bagiku.

Ternyata pertemuan itu terlalu singkat, semoga yang singkat ini banyak bermakna bagi aku yang masih ‘bergelut’ dengan kerasnya fitnah dunia.  Selamat jalan Pak Man, semoga husnul khotimah.

Ya Allah, selamatkan aku dari fitnah dunia ini…



Manna, 12 JUNI 22

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku