Cinta itu dirasakan, bukan dipikirkan…


Banyak orang mengatakan cinta itu sulit ditebak, Ia bagaikan kupu-kupu yang cantik, indah bulunya, terbang kesana kemari, mengelilingi kita. Memikat dan menarik hati kita untuk berusaha menangkapnya. Saat kita menginginkan cinta itu dalam genggaman, tetapi ia malah terbang menjauh. Namun saat kita tidak mengharapkan, cinta hadir tanpa diundang. Kita pun tidak bisa memaksa cinta sekehendak hati kita. Memang cinta adalah fenomena hati yang sulit dimengerti.

Sebenarnya kita tidak harus perlu memeras otak lebih keras, untuk memahami cinta. Bahkan semakin keras kita memikirkan cinta, semakin lelah kita. Sebab cinta adalah untuk dirasakan, bukan dipikirkan. Yakinlah bahwa cinta yang kita inginkan, akan datang pada waktunya, pada saat yang tepat. Bukan berarti kita harus menunggu cinta itu datang?

Cinta itu dirasakan, bukan dipikirkan…

Pasangan suami istri misalnya, janganlah banyak berharap cinta itu akan datang dengan sendirinya dari pasangan-pasangan kita. Seorang suami tidak harus menunggu untuk dicintai istrinya, lalu bagaimana seandainya ternyata istrinya juga menunggu untuk dicintai dari suaminya? Mereka saling menunggu.

Kalau belum tumbuh cinta itu pada pasangan kita, maka berusahalah terus untuk menyiram cinta yang ada dalam hati kita sendiri. Sehingga tumbuh cinta itu dalam hati kita. Bukankah cinta yang murni itu adalah ‘memberi’, maka berikanlah cinta kita pada pasangan-pasangan kita, maka mereka pun akan memberi cinta itu. Sebab ada pepatah mengatakan “Bagaimana bisa memberi, kalau kita sendiri tidak punya?”. Maka, berikanlah cinta itu, maka kita akan mendapat balasannya, bahkan lebih baik.

Cinta itu aktif, karena dengan cinta itu, menggerakkan semua energi kebaikan kita pada orang yang kita cintai. Bagaimana kita bisa betah duduk berjam-jam di kantor? Atau seorang Petani yang rela badanya hangus terbakar oleh terik matahari, atau para pedagang asongan di pinggir jalan. Karena mereka yakin semua itu dorongan cintanya pada istri dan keluarganya dirumah. Bagaimana seorang Sangkuriang misalnya, walaupun salah meletakkan cintanya, bisa berbuat ‘nekad’ menendang perahu yang dibuat atas permintaan kekasihnya, demi cintanya pada kekasihnya itu, yang tidak lain adalah ibunya sendiri. Atau seorang Bandung Bondowoso, untuk membuktikan cintanya, ia menyanggupi membuat 1000 candi dalam waktu semalam.

Itulah hebatnya cinta, Ia akan terus menggelora. Dan akan menghasilkan karya nyata yang sangat luar biasa, kalau dikelola cinta itu dengan benar. Seorang Nabi Yusuf misalnya, yang akhirnya dipertemukan juga dengan Siti Zulaikha, setelah masing memendam rasa cintanya yang sangat luar biasa. Awalnya adalah cinta yang terlarang, tetapi karena kemudian ditata dengan benar, maka akhirnya cinta itu datang tepat pada waktunya. Dengan cinta itu, menjadikan gelora semangat pada diri Nabi Yusuf, sehingga ia menjadi orang yang dapat memberikan kontribusi terbaiknya ,sebagai Bendaharawan, di Negeri Mesir saat itu.

Maka sebarkanlah cinta pada keluarga, sahabat-sahabat, dan orang-orang lainnya. Dengan memberikan cinta, maka sesungguhnya kita sedang ‘mengundang’ cinta untuk datang pada diri kita. Kita hanya perlu membuka hati. Biarkan kecantikan ‘inner beauty’ hati kita memancar, mempesona pada orang-orang disekelilingnya, sehingga akhirnya hinggap bersemayam di hati selamanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku