TELEPON UMROH

(Kisah Nyata...)



Seperti biasanya, pagi menjelang siang aku bekerja di kantor.  Tiba-tiba, HP ku bunyi, tanda ada panggilan.  Ternyata dari Wisnu, teman SMP waktu dikampung.  Tumben-tumbenan dia nelpon.  Ada apa nih? Fikirku… Karena jarang sekali dia menelpon, toh juga aku sering ketemu dia akhir-akhir ini. 

Memang… beberapa bulan ini aku sering bertemu Wisnu, termasuk teman-teman SMP yang lain, Fajar, Evi, Andri, dan Omi, kami sering berkumpul.  Biasanya, karena kedatangan Fajar dari Semarang, kami yang menetap di Jakarta, menyempatkan bertemu Fajar.  Sekedar mengobrol saja, tapi sering juga mereka membicarakan bisnis.  Aku cukup menjadi pendengar.  

Wisnu menyakan aku…, sudah haji belum? Sudah umroh belum? Sudah ada passport belum?  Tentu aku jawab belum semua.  Bagaimana kalau umroh bareng?  Insya Allah tanggal 10 April?  Wah… gak ada dananya, kataku.  Ya sudah…, bikin passport aja dulu… nanti masalah dana tinggal minta sama Allah… kata Wisnu lagi.  

Wisnu meyakinkan, Insya Allah, dananya tinggal minta sama Allah, maka Allah akan kasih… katanya mantab, sambil mengakhiri telponnya.  

Memang temanku satu ini keyakinannya luar biasa, keyakinan akan intervensi Allah sangat menghunjam.  Kadang aku  merinding…, setiap kali Wisnu memberi ‘petuah-petuah’nya.

Aku masih terbengong-bengong, masih tidak percaya, aku akan umroh…?  Tapi aku yakin saja, karena perkataan seorang Wisnu adalah benar adanya, tidak berbohong, karena  aku cukup mengenal karakter Wisnu.

Segera kusampaikan berita gembira ini ke istri dan ibu.  Istri dan ibuku sangat support, mereka semua menyarankan segera membuat passport.

Saat itu juga, aku segera mengumpulkan semua informasi cara membuat passport, cari-cari di google, tanya sana sini, teman kantor, teman yang sudah punya passport.

Ternyata, ada satu hal… KTP ku akan habis masa berlakunya, beberapa hari ini.  Eitt… SIM A juga akan berakhir.  Waduh… yang mana dulu nih diurus.  Bisa-bisa tambah lama ngurus passportnya.  Karena passport itu harus sudah ada minimal sebulan sebelum keberangkatan umroh.

Dengan semangat, besoknya aku urus perpanjangan SIM, Alhamdulillah… setengah hari selesai.  Rencana besoknya lagi, hari Kamis urus KTP di Keluarahan….

Ternyata baru hari Jum’at baru aku sempat ke Kelurahan.  Siippp… semua syaratnya sudah, tinggal nunggu jadi.  Tapi… dijanjikan oleh petugas Kelurahan 10 hari kerja baru bisa jadi… Haa… selama itu, gak bisa dipercepat?  Ya sudah… karena aku pikir masih bisa ke kejar untuk mengurus membuat passportnya.  Itupun sudah diminta uang administrasi….  Ya sudah aku kasih saja…, toh kalau aku gak kasih, maka hakku untuk mendapat KTP akan dipersulit.

Tetapi setelah 10 hari lebih… KTP ku belum jadi juga.  Aku mulai resah… karena tanggal 10 Maret passport itu sudah harus diserahkan ke Biro Umrohnya.  KTP aja belum ada, bagaimana mengurus passport…?

Berkali-kali aku menanyakan petugas Kelurahan, belum jadi juga.  Wah…makin bingung aku.  Bahkan aku sempat berfikir ya sudahlah… gak jadi umroh.  Toh… belum ada dananya juga.  Lagian… waktu Wisnu telepon, dia tidak bilang akan dibayari biaya umrohnya?  Tetapi hati kecilku tetap yakin, Wisnu akan membayari biaya umrohnya, karena lagi-lagi aku tahu betul karakternya.

Dalam keresahan itu, aku sempatkan berkeluh kesah ku ke Ibu, melalui telepon… Ibuku menyuruh segera urus KTPnya… datangi terus saja petugas Kelurahannya… saran Ibuku.

Setelah hampir menunggu 3 pekan, KTP ku jadi juga.  Tetapi Kartu Keluarga belum jadi… Ya Allah, bagaimana ini? Kan membuat passport harus ada KK asli.  

Alhamdulillah… untungnya masih ada KK yang lama. Tentunya masih berlaku, karena belum 5 tahun saya memperbaharui KK.  Saat memperpanjang KTP itu, sengaja aku tidak menyerahkan KK lama aslinya.   Sebab pengalaman sebelumnya mengurus KTP dan KK, KTP sudah jadi… KK nya belum.

Hari Selasa, segera aku pergi ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, dengan tanya sana-sini, akhirnya aku dapat nomor antrian untuk memasukkan berkas membuat passport.  Sekitar pukul 2 siang namaku dipanggil, dan… hups berkasku lengkap.  Hari kamis aku disuruh datang lagi untuk foto dan wawancara.
Pagi-pagi aku dan istri sudah siap di Kantor Imigrasi, sekitar pukul 10 aku mendapatkan nomor antrian wawancara dan foto, setelah sebelumnya membayar biaya membuat passport sejumlah Rp 255.000,- seorang.

Lama saya menunggu, baru menjelang maghrib, saya dan istri dipanggil untuk wawancara dan foto.  Terus terang saya bertekad mengurus sendiri membuat passport, tidak lewat calo, makanya lama kali ya…?  Masak… dapat nomor antri sekitar jam 10 pagi, maghrib baru dipanggil untuk foto?  Ah… gak masalah yang penting passportnya jadi.

Sepekan kemudian passport sudah ditangan, hari itu Jum’at tanggal 16 Maret, aku serahkan passport ku ke Wisnu, untuk diserahkan lagi ke Biro Umrohnya.  Akhirnya, Insya Allah… aku akan pergi umroh, yang sebelumnya aku sendiri tidak pernah membayangkan.  

Tetapi sebenarnya, sebelum ini, aku pernah mendengarkan ceramah ustadz Ferry Nur, dari KISPA, waktu itu Beliau menekankan, berdoalah pada Allah agar dapat ke Mekah, tahun ini… Beliau menekankan sekali, agar bisa pergi ke Mekah secepatnya.  Bisa jadi, dari semangat ini, aku seringkan berdoa, minta kepada Allah, untuk secepatnya pergi  ke Mekah.

Masih ada waktu,  dan aku harus menyiapkan fisik dan ruhku, untuk menyambut peristiwa besar itu,… umroh…


Jakarta, 4 Juli 2012
Abu Fathi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku