Umrohku...

(bagian I...)





Jantungku berdetak cepat, bergemuruh, tak karuan, campur aduk, deg-degan antara sedih dan gembira.  Betapa tidak sedih? Ini perjalanan pertamaku ke Luar Negeri.  Walaupun kepergianku untuk ibadah, umroh.  Cukup lama aku akan meninggalkan keluarga.  Inilah yang membuat hatiku tidak nyaman.  Untuk sementara, aku harus berjauhan dengan istri dan anak-anakku. 

Suasana terminal 2, bandara Suta yang ramai, tak membuat suasana hatiku ikut ramai.  Bahkan sebaliknya, masih sedih.  Walaupun anak-anakku ikut mengantar kepergianku, terlihat senang, mereka belum bisa merasakan seperti aku, bapaknya.

Di satu sisi, hatiku senang.  Aku akan melihat Mekah, tanpa biaya, alias free.  Disaat orang-orang kaya, dengan banyak sebab, mereka belum terpanggil untuk ibadah umroh.  Sementara aku, akan pergi umroh, terfikirpun tidak, maka rezeki yang tak disangka-sangka datangnya ini, harus disyukuri.  Yaitu perasaan gembira menyambutnya.  Untuk itu, sebelumnya aku berusaha menyiapkan sebaik mungkin, baik secara fisik maupun pemahaman fiqih umroh.

Dengan iringan suara tangis anakku Fathi, aku melangkah masuk untuk boarding pass.  Tampak di depanku jamaah umroh berbaris panjang.  Sengaja aku mengambil urutan paling belakang, agar lebih lama melihat wajah anak-anakku, sebelum berpisah.  

Hari itu dengan pesawat Batavia, membawa sekitar 300 jamaah, Insya Allah aku mulai perjalanan ke Mekah.  Dengan waktu tempuh 10 jam tanpa transit,  Insya Allah… pesawat Airbus itu akan mendarat di bandara King Abdul Azis, Jeddah. 

Didalam pesawat, aku tidak bisa tenang, tidurpun tidak nyenyak, ya sudah… banyak berdzikir saja, mus’af qur’an juga jadi sasaran bacaanku.  Sesekali mengobrol dengan ustadz pembimbing umroh, yang duduk disebelahku.

Sekitar pukul 10 malam waktu Arab Saudi, kita sampai di bandara.  Oh ya, sebelumnya di dalam pesawat ketika terbang di atas Lam Lam, tempat miqat, kita berganti baju dengan pakaian ikhrom dan berniat, karena akan langsung melakukan umroh. 

Perjalanan dari Jedah ke Mekah sekitar 5-6 jam, tetapi karena mengantuk, aku tertidur di Bis yang membawa rombongan kami.  Tak terasa, sudah sampai Mekah kira-kira pukul 3 pagi.  Setelah chek in sebentar di hotel, menaruh tas koper, kami bersiap-siap melakukan thawaf dan sa’i.

Dari hotel, ke Mekah berjalan kaki hanya sekitar 5-10 menit….

Subhanallah… pertamakali saya menatap ka’bah langsung, dengan mata kepala sendiri, takjub…, luar biasa….amazing… ternyata lebih indah dari yang aku bayangkan.  Tak terasa, berlinang air mata ini… berlinang karena ini adalah nikmat yang luar biasa.  Disaat berjuta-juta orang menginginkan datang ke Mekah, mereka terhalang banyak hal, sementara aku… dipermudah oleh Allah.  Ini adalah salah satu anugerah Allah terbesar bagiku.


Jakarta, 5 Juli 2012
Abu Fathi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku