Prasangka Baiklah...

 

Sabtu sore, sekira pukul 16.00 ada berita masuk di grup WA SMP, Pesawat Sriwijaya hilang kontak.  Segera aku cari beritanya di medsos, dan benar.  Kejadian, pesawat jatuh ini mengingatku sepekan sebelumnya, saat aku berada di pesawat Lion, terbang ke Bengkulu.

Begini ceritanya…

Pagi ini, hari terakhir liburanku di rumah.  Dan akupun telah siap untuk kembali bekerja di perantauan.  Dengan tiket sudah di tangan, aku tiba di Bandara pukul 6.30.  Hari ini juga terakhir liburan anak sekolah, sehingga sangat ramai di terminal kedatangan.  Orang lain pulang ke Ibu Kota, selesai liburan, aku sebaliknya, kembali kerja di luar kota.  Sementara berpisah lagi dengan keluarga.

Pesawat yang aku tumpangi take off terlambat 30 menit.  Tidak begitu penuh, mungkin hanya terisi setengahnya, akupun duduk sendiri dari 3 bangku.  Di dalam pesawat aku banyak berdzikir, kebiasaan ini yang selalu aku lakukan setiap kali naik pesawat. 

Tapi kali ini dzikirku sepertinya hambar, sekedar terucap di lisan saja, tidak keluar dari hati yang dalam. Fikiranku melayang-layang, banyak hal yang ada dibenak ini.  Keluarga, pekerjaan, aktivitas ibadah, semua terlintas di memoriku.  Dan tiba-tiba juga terbesit, bagaimana seandainya aku sudah tidak ada di dunia ini? Apakah anak-anak akan mendoakanku? Karena aku sangat berharap anak-anakku menjadi anak yang solih dan solihah.  Hanya doa-doa mereka, yang aku butuhkan ketika di alam barzah nanti.

Dan firasat, atau apa lah Namanya itu benar adanya…

Ada yang tidak biasa dengan penerbanganku kali ini.  Pesawat sering melintasi kumpulan awan, sehingga banyak mengalami guncangan.  Di balik kaca jendela, aku lihat keluar, tampak gelap, terlihat kumpulan awan pekat, dan kaca jendela terlihat basah, tanda hujan sedang mengguyur.

Tak lama kemudian, terdengar suara pilot menyampaiakan pesan, bahwa kondisi cuaca sedang hujan lebat di Bandara, sudah di coba landing, tetapi belum bisa, karena jarak pandangnya terlalu dekat.  Sehingga sesuai aturan, harus naik lagi dan berputar mengelilingi langit di atas Bandara tujuan.

Hati makin gelisah, lafadz zdikirku makin kencang, dan berharap ikhlas pada Sang Pemilik Alam, Allah SWT. 

Setelah berkeliling, sekitar 1/2 jam.  Alhamdulillah, pesawat berhasil landing, dan benar, di Bandara tujuan masih terlihat hujan, tetapi tidak begitu lebat.  Penerbangan yang biasanya ditempuh 1 jam, kali menjadi 1,5 jam.

 

Dari kejadian ini, aku mengambil hikmahnya adalah, selalu berprasangka baik pada Allah, apapun yang terjadi pada diri kita sudah di skenario Allah, baik peristiwa yang menyenangkan ataupun musibah.  Dan pada peristiwa ini, hatiku sedang tidak berprasangka baik pada Allah.  Maka Allah mengujinya dengan kejadian pesawat awalnya yang gagal landing tadi.

Maka, prasangku Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya.  Oleh sebab itu, selalulah berprasangka baik terhadap ketentuan Allah.



Manna, Januari 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Tertinggal Rombongan

Memaknai Kesendirian