Satu Takdirku

 

Aku sekarang sedang menjalani satu takdir, yaitu hidup sendiri, jauh dari keluarga. Berjuang mencari nafkah, demi mencukupi kebutuhan anak dan istri.  Kalau lagi sakit sendirian pula.

Ah… Ini kalimat biasa sebenarnya, bukan istimewa.  Karena menafkahi anak dan istri itu kewajiban bagi seorang Suami.  Yang namanya kewajiban itu harus ditunaikan, kalau tidak dikerjakan berdosa.  Kalau seorang Suami tidak mau dan tidak bisa menafkahi keluarganya, Dia berdosa. 

Nikmat dan sakit, silih berganti, selalu ada dalam kehidupan. Makanya kalau lagi dikasih sakit, biasa aja Bos…tidak perlu mengeluh, tidak juga berlebih-lebihan, seolah-olah yang paling menderita di dunia ini.  Sudah berjuanglah…jauh dari keluargalah…sakit sendirianlah…

Jalanin aja, titik.  Katanya takdir, terimalah sambil terus bersabar ketika menerima takdir yang tidak enak. Tidak enaknya apa? Jauh dari keluarga…itu juga sebentar aja kok. Bisa jadi ini pilihan terbaik buat kita.  Barangkali itu cara Allah yang terbaik buat kita, husnudzon dong…

Karena itu tugas kita sebagai manusia, sebagai seorang hamba Allah, maka melaksanakan perintah Sang Pencipta.  Allah tahu kemampuan hambanya, nggak mungkin ngasih cobaan yang kita nggak mampu menjalaninya.

Dan ingatkah kita, bahwa lebih banyak nikmat yang kita terima, tetapi nggak nyadar.  Itulah sifat manusia, dikasih nikmat lupa…dikasih cobaan sedikit saja, banyak mengeluh…sudahlah, husnuzdon…maka akan enjoy menjalaninya.  Pasrah, serahkan semua urusan ke Allah, ikhlas ah gitu…






Manna, 26 September 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku