Azzam Menjadi Pengusaha...


Ahad pagi, 6 Februari 2011, aku sengaja mengajak istriku untuk hadir mengikuti seminar tentang cara mudah, cepat, dan aman menjadi pengusaha yang diadakan oleh Komunitas TDA tangandiatas Bintang Selatan. Mungkin ini merupakan kesempatan yang pertama, aku menghadiri suatu seminar berbayar berdua dengan istriku. Awalnya aku hanya ingin sendiri saja, ingin mengetahui seperti apa sih seminar ini? Tetapi diluar dugaan, istriku berminat juga dan cukup antusias untuk bisa ikut, ketika aku sampaikan bahwa akan ada seminar ini.

Kenapa demikian…

Saat ini aku sedang tertarik dengan usaha, entah mengapa ada keinginan yang kuat dalam diriku bahwa suatu saat nanti aku juga akan bisa menjadi seorang pengusaha. Mengapa Pengusaha? Karena menurut saya pengusaha itu adalah orang yang melakukan usaha, usaha apa saja. Jadi tidak harus menjadi seperti Yusuf Kalla, misalnya atau Chairul Tanjung. Yang penting cukup untuk memberi pelajaran pada anak-anak saya nanti, bahwa adalah keutamaan seseorang itu menjemput rezeki dengan hasil jerih payahnya sendiri, dengan keringat yang bercucuran, tanpa harus berbohong apalagi menipu. Nah, jadi pengusaha yang kumaksud disini adalah wira usaha atau mencari penghasilan dengan berjualan atau berdagang, atau memberikan jasa pada orang lain. Itu saja dulu, cukup.

Sebenarnya dunia usaha tidak asing bagi saya, sebab keluarga saya adalah keluarga yang sebagian besar penghasilannya diperoleh dari usaha.

Pertama yang saya lihat adalah Bapak, beliau adalah seorang entrepreneur yang tangguh, minimal menurut saya. Betapa tidak, karena saya menyaksikan itu sejak kecil. Bahkan usaha itu sudah dimulai sejak Bapak masih bujangan. Saya ingat ketika itu masih TK, Bapak awalnya mempunyai usaha peternakan ayam petelur dan usaha ‘pengkreditan’ barang-barang kelengkapan rumah tangga. Hebat juga Bapak, saat itu sudah ada dua jenis usaha yang dijalankan. Dan lagi saat itu Bapak juga mulai merintis usaha membuat krupuk. Bahkan kini, sampai Bapak meninggalpun, usaha bikin krupuk inilah yang hari ini masih digeluti oleh keluarga saya, sekarang dijalankan oleh Ibu dan dibantu kakak.

Kemudian Kakak-kakak dan adikku juga mempunyai usaha, tiga dari empat kakakku mempunyai penghasilan dari usaha, menjadi ‘pengkreditan’ barang-barang rumah tangga, dan bengkel mobil, sedang adikku berdagang alat-alat, pupuk, bibit, dan segala macam keperluan bidang pertanian.

Sepertinya mereka semua ‘enjoy’ menikmati usahanya. Walaupun saya tahu persis, ketika awal-awal membangun bisnisnya, mereka juga terseok-seok. Berdarah-darah, bahkan tidak jarang harus ber’muka tebal’ karena tidak sedikit orang-orang terdekat mereka ikut ‘mencemooh’ kerjaan kakak dan adik saya. Kenapa dicemooh? Ya, karena sebelumnya kakak dan adik saya itu bekerja sebagai karyawan. Kakak saya misalnya, sebelumnya bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan oli impor. Tetapi memutuskan untuk keluar dari kerjaannya, dan mulai merintis usaha bengkel. Begitu juga adik saya, sebelum memutuskan punya toko pertanian, dulunya seorang karyawan di perusahaan pertanian asing milik Thailand. Tetapi kemudian apa yang terjadi sekarang, setelah hampir 8 tahun mereka membangun bisnisnya, tingkat kesejahteraan mereka melebihi dari saya sekarang yang hanya seorang PNS.

Setelah lima belas tahun saya menjadi PNS, sepertinya rezeki PNS yang sudah ditentukan setiap bulannya, tidak sebanding atau bahkan tidak cukup untuk mengejar kebutuhan hidup di kota besar seperti Jakarta ini. Biaya hidup semakin mahal, sementara kenaikan penghasilan gaji PNS tidak jauh dari meningkatnya biaya hidup. Walaupun saya sering juga mendapat penghasilan dari mengajar di beberapa perguruan tinggi, tetapi ternyata kebutuhan makin banyak pula. Inilah yang menjadi alasan bagi saya untuk menjadi seorang yang mempunyai usaha. Kalau kemudian usaha itu nantinya bisa diteruskan oleh anak cucu kita, itu lebih baik.

Juga bukan kebetulan, istri termasuk orang yang kuat untuk mempunyai penghasilan dari usaha. Sebetulnya tidak sedikit usaha, walaupun kecil-kecilan, yang pernah dilakukan oleh istri. Istriku pernah berjualan coklat, jilbab, jualan ayam bakar, investasi modal ke usaha cendol. Awalnya lumayan, mungkin karena pengelolaannya yang belum bagus, sehingga semua usaha-usaha itu belum banyak menghasilkan keuntungan yang cukup. Makanya harus fokus, dan professional.

Nah, mulai hari ini aku mempunyai keinginan yang kuat untuk mempunyai usaha. Termasuk kali ini aku sedang membuat kaos dengan modal tiga juta, berdua dengan teman, Deni namanya. Suatu saat ketika usaha saya membesar, maka aku harus fokus. Bila diperlukan aku harus keluar dari PNS, Insya Allah akan aku lakukan.

Ya Allah…, kuatkan azzamku untuk menjadi seorang pengusaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku