Surat Untuk Istriku…

Abi bersedih Umi…, ketika melihat diri ini yang tidak bisa menemani Umi dan anak-anak sibuk untuk mempersiapkan segala keperluan sekolahnya. Karena Abi harus berangkat pagi, demi untuk sejumput rezeki . Maka bersabarlah wahai istriku…, kelelahan disetiap pagi hari itu semoga selalu menjadi saksi diakhirat kelak ketika engkau ikhlas…

Abi sungguh bersedih Umi…, ketika tidak bisa mendampingi anak-anak belajar mengeja huruf-huruf Alqur’an sehabis sholat maghrib, karena Abi masih harus berjibaku dengan kemacetan dijalan. Ingin sekali memandikan sore mereka, kemudian mengajaknya sholat maghrib berjama’ah…

Abi terus bersedih Umi…, tiap malam Umi yang selalu menemani anak-anak bahkan sampai harus tidur paling larut, karena menunggu anak-anak tidur. Sementara Abi pun terpejam matanya lebih dulu, dengan alasan capek seharian bekerja…

Abi sungguh bersedih Umi…, seringkali mulut ini mengeluarkan kata-kata yang itu akan membuat hati Umi bersedih sampai harus mengeluarkan air mata. Sungguh istriku…, tiada maksud untuk menyakiti hati seorang wanita yang telah bersedia menjadi pendampingku, baik dikala susah maupun senang…

Abi juga sering bersedih Umi…, ketika perut kita dipenuhi makanan yang enak-enak, walaupun tidak senyaman seperti mereka orang-orang kaya, tetapi Abi kawatir, jika jiwa ini tumbuh dengan kenikmatan-kenikmatan dunia, maka bisa jadi akan melupakan tugas-tugas kita sebagai hamba-Nya…Abi kawatir maka akan tercipta generasi yang cinta dunia. Coba perhatikan disekeliling kita, masih banyak orang yang kekurangan, untuk makan pun mereka harus meminta-minta.

Abi ingin… kita, Umi, dan anak-anak belajar dari orang-orang yang jauh di Negeri Palestina sana…,mereka tinggal di tanah jihad, mereka terbiasa dengan desingan peluru, lemparan batu, bahkan para ibunya juga berani berhadapan tentara Zionis Israel…Mereka adalah para ibu yang tangguh, anak-anak yang pemberani, mereka terbiasa hidup dengan ‘ketiadaan’ tetapi jiwa mereka kuat, semangatnya luar biasa…, bahkan lihatlah tidak sedikit dari mereka yang hafal al-qur’an, sholatnya terjaga…
Aku ingin…, engkau peduli terhadap mereka, bahkan menjadi bagian seperti mereka. Bila perlu berada di shaff yang paling depan…

Istriku…, Allah menitipkan engkau bukan sekedar hanya sebagai seonggok daging, tetapi Abi bertanggung jawab atas semua itu, menjadikan Umi sebagai sosok Ibu yang solihah, bak bidadari, untuk itu tak boleh sesuap nasipun yang masuk ke perut mereka dari harta yang haram…

Istriku…, engkaulah ladang amal kebaikanku, karenamu aku belajar sabar, belajar menjadi suami yang baik, belajar menjadi ayah yang baik, belajar menjadi pendengar yang baik…

Istriku…, berkeluh kesahlah padaku, ketika seringkali anak-anak kita tingkahnya membuatmu timbul rasa marah, emosi, sehingga engkau kelelahan…

Istriku…, terima kasih atas semua kebaikan dan pelayanan selama ini, semoga itu menjadi catatan amal kebaikan di akhirat kelak…dan terakhir…
Maafkanlah Abimu, jika masih jauh dari kesempurnaan…

Jakarta, 14 Februari 2011 (kasih sayang itu setiap saat)
-dariorangyangselalumerindukanmu-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku