Bukan Mukhoyyam Ceria


Ini mukhoyyamku yang keempat.  Persiapan batin kami cukup lama karena gaungnya yang menggema.  Ramainya di milist, ada gelombang pertama, membuat batin kami semakin membuncah.  Kebalikan dengan fisik kami.  Tidak pernah grup kami ikut kegiatan pra mukhoyyam, kecuali sekali jogging mengitari Carefour, itupun tidak lengkap semua anggota grup.  Tetapi bagi kami, itu semua bukan alasan untuk tidak ikut mukhoyyam.

Sehari sebelum berangkat, ada berita sedih, adik ustadz Iswarno kritis, terpaksa Beliau harus mudik ke kampung.  Berita ini tidak mematahkan asa, justru semakin membakar semangat kami.  Apalagi sebelumnya kami sepakat, semua anggota grup harus ikut mukhoyyam. Bukan apa-apa, karena ukhuwah saja, tidak lebih.

Persiapan sudah, minimalis sekali, termasuk saya tidak memakai tas carrier, cukup tas ransel kecil  Melihat berpakaian lengkap, anak saya yang paling kecil, Fathi, nangis minta ikut.  Alhamdulillah, nangisnya berhenti setelah saya ajak muter-muter dulu dengan motor.

Pak Ali, marbot masjid di komplek rumahku, sudah siap dengan ojegnya di depan rumah.  Hupss…aku naik di belakang.  Anak-anak dan istri ikut melepas kepergianku…  Satu pesan ke istriku, kalau kita berjauhan, berdoa saja… sebanyak-banyaknya.  

Sampai di posko keberangkatan, Pasar Ceger, riuh rendah suara teman-teman bercengkerama, semua asyik,  tampak wajah-wajah ceria, tidak ada yang tegang apalagi sedih.  Wah… barangkali benar apa yang menjadi rumor kali ini, mukhoyyam ceria…. Tampak juga, wajah-wajah ‘orang dewasa’.  Salut kepada mereka para ‘orang dewasa’….  Ketika secara umur, badan, mereka berlebih dari kita-kita, tetapi ternyata berani menerima beban mukhoyyam yang berlebih dari levelnya… He…he…masak kita kalah sama mereka…? Atau jangan-jangan mereka meng’ikhob’ diri, karena tidak ikut mukhoyyam sebelumnya? 

Kami mengisi absen masing-masing anggota grup usar.  Termasuk pula, kalau ada tambahan anggota dari usar lain, untuk menggenapkan menjadi 10 orang tiap grup mukhoyyam.  Begitu juga usar kami, bergabung 3 anggota, Pak Asep, Sofa, dan Supriyanto.

Setelah taujih yang menggemuruh tetapi ceria, dari Sang Ketua DPC,  masing-masing kami masuk ke truk TNI AL.  Ada 4 buah truk, dan total yang ikut mukhoyyam dari Pondok Aren ada 92 orang. 

Perlahan truk-truk TNI AL ini meninggalkan pasar ceger.  Tidak lama kemudian turun hujan. Cukup lebat.  Hujan menyambut keberangkatan kami.  Semoga ini menandakan keberkahan kepergian kami para suami.  Dan hujan juga mengingatkan kami, kepada orang-orang tercinta di rumah, yang untuk sementara waktu berpisah.  Untuk tetap berhati-hati, bersabar dengan ‘ketidaknyamanan’ karena berjauhan dengan suami-suami mereka.

Hampir 2 jam sepanjang truk ini berjalan, hujan terus mengguyur.  Alhamdulillah, sampai ke tempat tujuan di Mega Mendung, Bogor, hujan berhenti.  Tampak tanah dan aspal yang masih basah di tempat kami turun, posko kami untuk mulai jalan menuju tempat base camp.

Benar-benar mukhoyyam ceria kali ini…, kami dilarang Panitia membawa tas, berjalan menuju ke base camp.  Hanya minum, atau senter yang boleh dibawa.  Belum lagi jalanan yang beraspal, kanan kiri banyak rumah dan warung, semakin menambah ceria kami sepanjang jalan.  Sehingga banyak diantara anggota grup kami nyelethuk, ‘wah banyak warung nih, kita mampir dulu yuk…’, ‘beli air yang banyak…’.

Dengan membawa tas ransel masing-masing dan perbekalan lainnya, dengan berjalan sebentar, sampailah kami di Curug Panjang.  Sekitar pukul 2 kami sampai base camp itu.  Grup kami termasuk yang awal memasuki base camp, sehingga masih banyak tempat tersedia untuk sementara melepas penat, dan memenuhi hak tubuh, tidur.  

Mata kami menatap di setiap penjuru, hmmm… tempat ini seperti tempat wisata, karena banyak berdiri bangunan, rumah-rumah penduduk, belum lagi warung-warung bertebaran.  Coba… kalau warung-warungnya buka malam itu, semakin menambah ceria mukhoyyam ini.

Setelah memilih tempat, kami segera merebahkan tubuh ini, dengan beralas matras, beratap bintang-bintang, mencoba memejamkan mata, ditanah lapang yang terbuka.  Apalagi angin yang sejuk menyapa kami disetiap gerakan mata kami yang terpejam.  Berharap besok pagi tubuh ini fresh, bersiap menerima tempaan fisik yang tidak biasa kami dapati.

(bersambung…)

Jakarta, 21 Mei 2012
Abu Fathi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku