TETIBA SEDIH... (Seri Kesedihan)
Tetiba hatiku sedih, aku teringat Almarhum
Ibu. Tidak banyak yang aku perbuat
sewaktu Ibu masih ada. Karena memang aku
tidak berada di dekat Ibu, sejak tahun 1991 kuliah di Jakarta, aku hidup jauh
dari kampung, sehingga tidak bisa membersamai menghabiskan waktu bersama
Ibu. Sampai Ibu wafat tahun 2018,
artinya selama 27 tahun aku tidak lagi melihat keseharian Ibu di kampung.
Sekarang, aku juga ada di perantauan, jauh dari
keluarga, sudah hampir 10 bulan ini, meninggalkan keluarga di rumah, demi tugas
kantor ke lain pulau. Karena situasi
sedang ada pandemik covid-19, maka keluarga belum bisa ikut. Ini juga mungkin yang membuat aku sedihnya
bertambah-tambah.
Aku sedih teringat Ibu, setelah ditinggal wafat
ayah, tahun 2011, Ibu terlihat sangat kehilangan pasangannya, wajahnya tampak
masih menyisakan kehilangan. Makin sedih
lagi, pada saat Ibu sendiri, sering telpon aku dan selalu menanyakan kapan aku pulang. Karena memang, dengan alasan yang banyak aku
jarang pulang. Ibu selalu bilang, masa
kamu pulang kampung nunggu Ibu nyusul Bapak.
Deg…kalau Ibu sudah mengucap itu, hati ini makin teriris-iris.
Aku sedih, belum banyak berbakti pada Ibu. Penyesalan itu sekarang, kenapa dulu waktu
Ibu masih ada, tidak berbakti pada Ibu.
Minimal sering pulang kampung, menemani Ibu ngobrol di teras depan
rumah. Menemani Ibu ngobrol saja, sudah
membuat hati Ibu terhibur.
Aku sedih, tidak bisa membersamai anak-anak
yang sudah beranjak dewasa. Aku
pasrahkan ke Allah SWT, untuk mengawasi mereka, agar selalu diberi perlindungan
dalam setiap aktivitasnya.
Tetapi kalau meratap sedih saja tidak
menyelesaikan masalah, maka sebisa mungkin aku harus banyak melakukan aktivitas
yang positif.
Aku sekarang, jadi sering olah raga, terutama
lari, hampir tiap pagi, kecuali kalau lagi puasa senin kamis. Tiap Rabu sore juga badminton, walaupun
paginya sudah lari. Aku berusaha sholat
5 waktu di masjid, sehigga kenal banyak orang di Masjid, bisa mengobrol dulu. Aku juga kadang-kadang menulis, agar fikiran
ini tidak menganggur. Ibu-ibu majelis
taklim kadang juga minta diajarin mengaji, kalau lagi senggang. Alhmadulillah, dzikir pagi sore bisa aku
rutinkan. Qiyamullail dan sholat dhuha
usahakan tidak tertinggal. Membaca
Alquran juga bisa lebih banyak. Barangkali
inilah kegiatan-kegiatanku pengisi kekosongan.
Manna, 28 Juni 2021
(H+8 Isoman)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar dengan tetap menjaga kesopanan