UMROH KEDUA

 

Aku ingat, saat bikin paspor untuk umroh bersama Wisnu dan Patang, teman SMP,  Istriku pengin ikut bikin paspor juga.  Saat itu istriku bilang, siapa tahu aku bisa umroh juga?

Dan, setahun kemudian peristiwa itu terjadi. Tepatnya tahun 2013, aku dan istriku umroh, bahkan gratis. Bagiku ini umroh kedua. Saat itu, aku membantu kawanku, Abu Hamzah, yang baru mendirikan perusahaan travel umroh.  Karena masih terhitung baru, maka aku ikut mempromosikan travel umrohnya, dengan cara mencari jamaah umroh.  Dapatlah calon jamaah itu, Teguh, Nia, Hizbul, Ibu Napsiah, dan Mbak Retno.  Karena sudah bisa mencarikan 5 calon jamaah, akhirnya aku dan istri diberikan hadiah umroh gratis. Alhamdulillah.

Itulah keyakinan istriku, memang benar, bahwa omongan itu doa, sehingga suatu saat doa itu akan dikabulkan oleh Allah.

Makanya, istri itu harus di dengar nasehatnya, walaupun nasehat itu tidak kita minta, karena mendengarkan adalah bagian dari menyenangkan istri.  Apalagi Wanita itu makhluk yang gemar bercerita, maka sediakan dua telingamu untuk mendengar semua keluh kesahnya.  Setelah istri mengeluarkan semua ceritanya, maka plong sudah, nyaman dia, Bahagia dia.  Jadi salah satu cara menyenangkan istri gampang kan, cukup kita menjadi pnedengar yang baik.

Back To Umroh Kedua…

Umroh kali ini, kita satu travel ada 42 orang, sehingga pas untuk 1 rombongan bis.  Ternyata jamaah dari Jakarta ada 14 orang.  Sisanya ada yang dari Makasar, Surabaya, dan Kalimantan.  Semua keberangkatannya dari Bandara Soekarno Hatta.

Saat sudah siap, tetiba pihak maskapai pesawat garuda yang akan menerbangkan jamaah umroh, menyampaikan berita bahwa pesawat delay sehari.  Maka semua jamaah, diinapkan di hotel bintang 5 Mercure, di Jakarta Utara.   Aku dan istriku sekamar berdua, serasa honey moon, tapi terpaksa tidurnya hanya pakai kolor, karena semua baju ganti ada di dalam kopor, dan kita tidak bisa meminta kopor yang sudah masuk bagasi pesawat.  Bawa tas kecil, tetapi isinya kain ihram, tidak ada baju ganti.

Ada yang unik, adik istri saya, Hizbul, satu kamar dengan jamaah perempuan, maka setelah di urus, maka dapatlah kamar hotel, sendirian. 

Besoknya, saat boarding, aku ketemu teman SMA, Susanto namanya.  Rupanya dia juga mau umroh, katanya dapat gratisan dari Supplier ayahnya yang mempunyai toko bahan bangunan.  Ternyata satu pesawat, tetapi beda travel umroh.  Pesawat garuda itu membawa sekitar 340 jamaah umroh dari banyak travel.

Amazing, kalau Allah sudah berkehendak, aku ketemu juga dengan Wisnu dan Patang, dua sahabat yang mengajakku umroh tahun lalu.  Mereka berdua juga umroh, tetapi dengan travel dan maskapai yang berbeda.  Hampir tiap tahun mereka umroh.

Ini perjalanan yang menempuh waktu lama, sekitar 8-9 jam.  Bagi istriku ini pengalaman yang pertama, maka dia sangat berhati-hati, karena bagaimana dengan kesehatannya? Istri punya sakit asma, selama ini tidak nyaman kalau perjalanan jauh dan lama.  Tetapi sebelumnya, istri selalu konsultasi ke dokter, sehingga sudah menyiapkan segala sesuatunya, termasuk obat-obatnya.

Aku senang umroh kali ini, karena bisa membersamai istriku.  Aku sayang dia, maka aku berjanji akan berusaha memberikan yang terbaik selama umroh ini.  Allah Maha Kuasa, karena hitung-hitungan finansial, saya gak punya uang 35 juta untuk biaya umroh berdua.  Maka kami manfaatkan benar kesempatan emas ini.

Selama umroh, kami dibimbing oleh Muttowwif orang Karawang, Ustadz Syafii.  Awalnya dia seorang TKI, lalu menjadi pebimbing umroh.  Sudah 20 tahun tinggal di Arab Saudi bersama istrinya, keluarganya ada di Karawang.  Orangnya baik, sabar, dan sederhana.  Selama di Mekkah dan Madinah, ustadz Syafii sekamar dengan kami.  Aku, Teguh, Hizbul, dan Ustadz Syafii.

Di Madinah, kami nginap selama 3 hari di hotel bintang 5, bareng dengan jamaah Turki, dekat sekali dengan Masjid Nabawi.  Maka, makanan yang disajikan pun, makanan timur tengah dan eropa.  Jadi kami bisa mencicipi makanan khas Tirur Tengah nasi kebuli, mandi, buah tin, zaitun, kambing bakar, dll, kadang-kadang makan makanan eropa, susu, roti, keju, pasta-pasta, dll.

Selama di Madinah, kegiatan kami sholat lima waktu di Masjid Nabawi, ziarah ke Jabal Uhud, ke Kebun Kurma, ke Daerah yang ada medan magnet, kadang-kadang kami belanja, atau iseng pergi ke perkampungan yang dekat dari hotel. Penduduk di Madinah lebih santun, dibanding penduduk Mekah.

Setelah selesai 3 hari di Madinah, perjalanan ke Mekkah dengan menggunakan bis sekitar 6 jam, dengan kecepatan tinggi.  Jalan-jalan di Arab Saudi lurus dan lebar-lebar,   tidak banyak bis yang melintas, sehingga jalan dengan kecepatan tinggi.

Sesampai di Bir Ali kami mengambil Miqot, yaitu niat untuk melakukan umroh.  Kami berganti baju menggunakan kain ihram, sementara yang Wanita pakai pakaian putih.

Sampai di hotel Mekkah, sekitar pukul 2 pagi, belum solat maghrib dan isya’.  Setelah menaruh kopor dan tas, maka kami bersiap untuk ke Masjidil Haram.  Sampai Masjdil haram, kami solat magrib dan Isya’ lalu menuju tempat tawaf.

Amazing, disinilah kami meneteskan air mata, Istriku melihat Ka’bah pertama kali, pecah tangis.  Tapi tak berlama-lama, kami harus menyelesaikan tawaf sunnah dulu.  Walau badan capek, paksakan saja.  Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan umrah sunnah.  Waktu masih pukul 4 pagi, masih 1 jam lagi subuh.  Ada jamaah yang balik ke hotel, istirahat.  Saya, dan beberapa jamaah lain menunggu di Masjidil Haram, sampai datangnya waktu subuh.  

Di Mekkah, kami menginap di Hotel bintang 3, mungkin sekitar 700 km ke Masjidil Haram.  Nah, kalau di hotel ini, masakannya rasa Indonesia.  Karena yang masak banyak orang Indonesia, kebanyakan dari Cianjur, bahkan Kepala Dapurnya orang Jogja.  Nanti kami ikut dibantu juga oleh Kepala Dapur ini, mencari taksi yang supirnya bukan orang Arab, tapi orang Pakistan.  Taksi ini yang mengantar pulang pergi ke Ma’la makan Almarhum Muhdi Dahlan, ayah istri saya.  Konon katanya, kalau supir taksinya orang Arab, kurang ramah, dan suka ngasih tarif tinggi.

Rasanya seperti mimpi, akhirnya aku dan istri dapat mengunjungi Tanah Haram, Mekah dan Madinah, yang solat di Mekah diberikan pahala 100.000 dan Madinah 500 lebih banyak dibanding sholat di tempat lain.

Selama 4 hari, kami maksimalkan untuk ibadah, tak lupa kami belanja sedikit oleh-oleh untuk anak-anak, saudara, dan teman-teman.  Semoga Allah berikan keberkahan kepada kami.  Amiin Yaa Rabb…





Manna, 10 Juli 2021

(Isoman H+10 di hitung dari PCR Positif 30 Juni 2021)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku