Motor itu Membawa Hikmah…

Hari itu Sabtu, tanggal 30 Mei 2009. Sehabis sholat ‘Isya aku bergegas pulang ke rumah. Karena setiap akhir bulan adalah jadwal mabit di Masjid Sektor 9 Bintaro. Hari itu Muwajihnya adalah Ust. Sudarman Ibnu Murtadho, Lc. Beliau adalah ustadz yang dulu pernah tinggal di Pondok Safari - Pondok Aren, karena di amanahi menjadi anggota dewan daerah propinsi, Beliau pindah ke Serang. Saya punya kenangan yang cukup melekat dengan Beliau, karena pernah menjadi mutarobinya lebih dari 3 tahun.


Jadwal mabitnya dimulai dengan Isya’ di tempat, tetapi karena ada keperluan, saya berniat untuk berangkat dari rumah ba’da sholat ‘Isya saja. Setelah saya mengeluarkan motor Thunder, segera meluncur menuju ke Masjid Bintaro. Tetapi begitu meninggalkan rumah beberapa saat, tepatnya ketika sampai di luar gerbang komplek, motor saya tiba-tiba mati. Berkali-kali saya stater, nggak mau nyala. Hampir setengah jam saya berusaha, motor belum nyala juga. Ups… ternyata aku lupa tadi belum mengucapkan do’a keluar rumah. Itu barangkali hikmahnya motorku tiba-tiba mesinnya mati. Akhirnya aku putuskan untuk kembali ke rumah saja, ganti motor punya istri saya.

“Kenapa motornya?”.
“Mesinnya nggak mau nyala”. Jawab aku setiap ada tetangga yang menanyakan aku menuntun motor.

Ketika akan sampai rumah, ketemu dengan Pak Bachri yang juga akan berangkat mabit. Pak Bachri adalah tetangga komplek saya yang tinggal di Blok F, sedang saya di Blok C.
“Ayo ikut sama saya saja.”
“ Terima kasih Pak, saya mau ganti motor istri saya saja”.
Saya biarkan Pak Bachri mengendarai motor, menjauh dari pandangan saya. (Sebelumnya maaf Pak Bachri, nggak ikut motornya, karena habis pulang mabit harus jemput istri dan anak-anak yang sedang menginap di rumah Ibu mertua, makanya saya harus bawa motor sendiri).

Sesampainya di depan rumah, ketika saya akan mengambil kunci rumah yang saya titipkan di rumah sebelah, Pak Tampubolon. Lewatlah Pak Haji Syafe’i yang sengaja berhenti di depan rumah saya.
“Kenapa motornya?.”
“Nggak tahu nih Pak, tiba-tiba mati mesinnya”.

Pak Haji Syafe’i adalah tetangga saya yang sering menjadi Imam sholat rowatib di Musholla An Nur masih di komplek juga. Pak Haji, begitu biasa saya memanggil, termasuk aktif di Jama’ah Tabligh, dan sering membawa temen-temennya ‘khuruj’ di Mushollah An Nur. Pak Haji tinggal di Blok D, sekitar 300 meter dari rumah saya. Pekerjaan beliau adalah mempunyai usaha bengkel motor. Saya cukup akrab dengan Beliau.

Ini adalah bukan kebetulan, tetapi Allah yang Maha Mengatur. Ketika mesin motor saya mati, saya sudah berusaha menyalakan nggak bisa juga, datanglah Pak Haji yang lebih tahu tentang seluk beluk mesin motor.

Setelah diperiksa sebentar motor saya, lalu dilihat businya.
“Oh, ini ngempos”.
“Businya kering, ada oli nggak?”
“Sebentar pak, saya mintakan dulu ke Pak Tampubolon”. Alhamdulillah Pak Tampubolon tetangga sebelah rumah saya masih punya oli.

Dengan cekatan Beliau memperbaiki motor saya, dan tidak sampai sepuluh menit, motor saya nyala kembali.
“Sudah lama nggak di servis ya?”
“Iya nih, mungkin 6 bulan yang lalu”

Padahal minggu kemarin saya sudah bilang ke Pak Haji, mau servis motor. Tetapi belum kesampaian juga. Makanya motornya ngambek… haknya untuk diservis belum dipenuhi sih.

“Saya ada perlu sama Pak Amin” kata pak Haji, sambil membersihkan tangannya yang masih berlepotan oli.
“Hari Jum’at bisa ngisi khotib nggak?”. Tanya Pak Haji ke saya.
Pak Haji juga menjadi pengurus masjid komplek “Masjid At Taqwa” yang diamanahi untuk mencari khotib Sholat Juma’t. Kebetulan masjid di komplek baru dipakai untuk sholat Jum’at jadi belum ada jadwal khotib tetapnya.
“Jum’at depan Pak Surila, Jum’at depannya lagi Pak Amin ya?”
“Ya deh Pak, Insya Allah”

Ternyata Pak Haji sengaja akan ke rumah saya, untuk menawari menjadi khotib Jum’at. Dan siapa yang mengatur kalau bukan Allah, saya masih ada di rumah sehingga bertemu dengan Beliau.

Akhirnya sampai juga aku jadi mabit di Masjid Sektor 9 Bintaro, walaupun sampai masjid sudah jam sembilan lebih, tetapi masih ada sisa waktu mengikuti taujih Ustadz Sudarman, Lc. Walapun sebentar memang. Coba kalau tadi motornya nggak mogok, pasti dapat mendengarkan taujih ust. Sudarman dari awal. Tetapi tidak boleh menyalahkan motor sebagai penyebabnya. Yang jelas adalah bahwa, karena kelalaian saya juga tidak memenuhi hak servis motor, maka akibatnya mengurangi waktu saya untuk melakukan kebaikan.

Tetapi juga dibalik kesulitan, karena saya tidak bisa menyalakan dan harus mendorong motor, maka ada kemudahan yang Allah sampaikan. Saya bertemu dengan Pak Haji, yang akhirnya bisa menyalakan mesin motor itu.

Dan sejak itu, aku berazam dan berusaha untuk selalu mengecek kembali motorku, kapan waktunya harus di servis. Insya Allah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku