Waktu-Waktuku Saat Perjalanan Bapak...

Rabu malam tanggal 12 Januari 2011 pukul 23.24 saya dibangunkan oleh Istri. Istri baru saja menerima gambar yang diterima melalui BBM-nya yang dikirim oleh Mbak Nina. Gambar itu adalah foto Bapak saya yang diambil ketika Bapak sedang di rawat di Klinik dr Prabowo, Delanggu. Malam itu Bapak mengeluhkan katanya dadanya sesak dan badannya terasa pegal-pegal. Bapak sendiri yang minta diantar ke klinik.

Biasanya jarang sekali Beliau minta di rawat di rumah sakit, tetapi malam itu sepertinya sudah nggak kuat dan minta diantar ke rumah sakit. Seingat saya, karena memang Bapak termasuk jarang sekali sakit parah yang mengharuskan di rawat inap di rumah sakit atau bahkan belum pernah, kecuali sekali saja, saat operasi ada benjolan di punggung, orang jawa bilang ada uci-uci, itupun sudah lama mungkin 3-4 tahun yang lalu.

Kemudian aku langsung menelpon HP Kakakku Mas Rahap, sebab biasanya kakakku ini yang sering mengantar kemana-mana kalau orang tua ada keperluan. Termasuk juga karena Mas Rahap, anak laki-laki yang paling dekat rumahnya dari rumah tempat tinggal Orang Tua. Ternyata HP-nya tertinggal di rumah, pantas saja, saya telpon berulang-ulang tidak diangkat. Istriku kembali menghubungi istri Mas Rahap, Mbak Nina, melalui BBM-nya. Tak lama kemudian Mas Rahap menelpon aku dan mengabarkan bahwa Bapak dirawat, Hb-nya rendah tetapi badannya tidak panas. Lalu aku minta ke Mas Rahap, ingin bicara dengan Bapak. Tetapi Bapak tidak mau, katanya nggak apa-apa kok, hanya pengin istirahat saja. Akhirnya aku tidur kembali malam itu.

Paginya hari Kamis sehabis pulang dari sholat subuh aku kembali menanyakan kondisi Bapak kepada Istriku. Kata Mbak Nina, sudah baikan, Bapak sendiri yang mengatakan itu. Tetapi aku sempat mengatakan kepada istri, kapan terakhir kita pulang kampung, ketemu Bapak?. Sudah lama rupanya tidak pulang kampung, terakhir adalah sekitar bulan April 2010. Aku tidak ada perasaan apa-apa, sehingga seperti biasa saja pagi itu aku mulai kegiatan sebelum berangkat ke kantor. Aku pun juga berangkat ke kantor dengan biasa saja.

Sekitar pukul 09.37 (jam di HP-ku) ketika aku sedang berada di meja kerjaku, adikku Rahmat, mengirim pesan SMS ke HP-ku. Bunyinya, “Aslmkm..ini Aki masuk RSI doa’in aja cpt baikan..slm buat klg..”. Aku belum ‘ngeh’ ternyata Bapak dipindah ke RSI Klaten, rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya, karena sebelumnya di Klinik dr Prabowo peralatannya tidak lengkap sehingga harus di rujuk ke RSI Klaten. Lalu aku membalas SMS adik saya, “Iya…semalem aku tlp mas Rahap. Td pagi mbak Nina bilang dah mendingan. Insya Allah, semoga Allah mberi ksembuhan.” Aku masih berharap semoga Allah memberikan kesembuhan kepada Bapak, Aku juga tidak ada firasat bahwa Bapak akan meninggalkan kami di dunia ini disiang harinya. Sehingga akupun kembali bekerja seperti biasa lagi.

Menjelang adzan dhuhur, kira-kira pukul 11.35 siang, aku pergi ke Masjid kantor. Seperti biasa aku tilawah sebentar, sambil menunggu datangnya waktu dhuhur. Sehabis sholat dhuhur ada ceramah ‘taujih’ yang disampaikan oleh Ust. Hilman Rosyad, Lc. Yang membawakan materi tetang siroh nabawiyah. Entah mengapa kali itu aku agak terkantuk-kantuk mendengar ceramah Ust. Hilman Rosyad, Lc. Padahal biasanya saya antusias setiap mendengar ada ceramah selepas sholat dhuhur. Lalu dalam sekejapan mata, aku tahan rasa kantuk itu dan kembali mendengarkan ceramah. Ada sekitar 10 menit kemudian HP-ku berbunyi, dan ada nama Mbak Nina memanggilku. Aku segera menjauh dari majelis, keluar dari ruangan masjid, dan segara aku angkat HP-ku. Mbak Nina awalnya biasa, mengatakan aku dah dapat kabar belum, dan akupun mengatakan belum. Tiba-tiba pecah tangis Mbak Nina, sambil mengatakan bahwa Bapak sudah tidak ada, meninggal dunia. Waktu di HP-ku menunjukkan pukul 12.53. Aku segera mengucap ‘Innalillahi Wainna ilaihi Roji’un sambil terisak-isak menangis, aku juga mengucap istighfar karena aku merasa memang belum berbakti banyak buat Bapak. Dalam waktu yang bersamaan itu sebenarnya Kakak Mas Rahap dan istriku menghubungi HP-ku, tetapi terdengar nada sibuk, karena memang aku sedang online dengan Mbak Nina.

Aku segera tergesa-gesa, lari ke atas ke ruangan kerjaku, segera menelpon istri dan mengatakan aku harus segera pulang dan istripun sudah tahu berita itu dari Kakakku Mas rahap. Setelah membereskan meja kerja sebentar aku segera izin atasan untuk pulang karena Bapak meninggal. Sambil aku menanyakan caranya mencari tiket pesawat tujuan Solo atau Jogja. Saat berjalan keluar ruangan kantor, aku sempat bertemu Haryono, teman ruangan kantor, menanyakan mau kemana, karena melihat aku sudah berpakaian lengkap untuk naik motor, seperti kalau akan pulang kantor sore hari. Akupun hanya menjawabnya dengan senyuman.

Aku pacu kendaraan motorku dengan agak kencang dari biasanya, sambil berharap juga semoga tetap diberikan keselamatan selama naik motor menuju ke rumah ku. Sepanjang jalan, aku tenangkan fikiran, sambil terus berdo’a semoga Allah memberikan yang terbaik buat arwah Bapakku. Sesampai di rumah, aku lihat mobil Ibu Mertuaku sudah ada, artinya Ibu mertua dan adik-adik dari istriku sudah ada dirumah. Mereka semua menyampaikan duka yang amat sangat. Sambil aku menggendong anak saya yang paling kecil, Fathi Yakan, terisak-isak menahan air mata ini mengalir deras. Saudara-saudaraku ini terus menenangkan hati saya, bahkan ibu mertuapun mengatakan bahwa Bapak saya Insya Allah meninggal dengan Khusnul Khotimah, setelah mendengar cerita dari Mas Rahap. Saya sendiri belum mendengar cerita detailnya.

Tadinya istriku minta ikut dengan aku berangkat naik pesawat, tetapi karena anak-anak menangis minta ikut. Akhirnya aku putuskan untuk berangkat sendirian saja. Seselumnya keponakanku yang dari Batam menelpon, untuk bersama-sama berangkat dari Jakarta ke Jogja naik pesawat, tetapi ternyata pesawat yang dari Batam ke Jakarta baru berangkat pukul 19.30, sementara saya juga dapat tiket pesawat Garuda ke Jojga pukul 19.25, akhirnya saya berangkat sendiri. Terima kasih kuucapkan sama Nia, adik istriku, yang sudah mencarikan tiket pesawat dan sekaligus memberi pinjaman uangnya.

Baju sudah disiapkan istri, sementara anak-anak masih merengek-rengek minta ikut, bahkan anak saya yang pertama, ‘Afaf, minta ikut juga walaupun lagi sakit, sudah 2 hari tidak masuk sekolah. Akhirnya, saat itu juga, diputuskan untuk berangkat juga ke kampung Bapak, naik mobil malamnya, semua keluargaku. Ibu Mertua dan Rama, adik istriku juga ikut serta. Insya Allah ada Teguh, suaminya Nia (adik istri) yang akan menyetir.

Setelah sholat ashar, aku segera menuju ke Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng diantar oleh adik istriku Hisbul dan Rama dengan menggunakan mobil ibu mertuaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku