Mbak Irah Pinjam Uang

Hari Senin, 8 November 2010, aku sedang berusaha merutinkan shoum sunah, walaupun tidak sahur. Aku mulai berkomitmen untuk melakukan shoum sunah Senin Kamis setiap pekannya. Begitu juga hari ini, walaupun sepertinya agak lunglai raga ini, Insya Allah aku tetap puasa. Karena untuk menjadikan kebiasaan baik itu menjadi karakter yang melekat pada seseorang, awalnya harus dipaksakan dulu. Nanti setelah itu berjalan mengalir saja. Ini pendapat Penulis lho…

Dengan shoum mampu membatasi gejolak nafsu yang ada di raga ini, karena pada kondisi badan yang lunglai karena menahan rasa haus dan lapar, maka keinginan nafsu yang cenderung pada kemaksiatan dapat dicegah, minimal dibatasi. Salah satunya dengan shoum membatasi kita banyak ngomong, cenderung diam tapi berfikir, dengan mengurangi ngomong, artinya mengurangi salah ngomong. Semakin sedikit salah ngomong, mengurangi berbuat dosa.

Seorang Rasulullah pun, selalu melakukan shoum Senin Kamis, bahkan kadang-kadang karena pagi harinya tidak ada makanan untuk sarapan, maka Rasulpun berpuasa hari itu. Tetapi kalau aku, bukan karena tidak ada makanan…, karena baru kebangun waktu adzan subuh, maka nggak sempat sahur. Tetapi buat aku itu lebih baiklah, dapat menjalankan shoum sunah. Dibanding tahun-tahun lalu aku termasuk jarang melakukan amalan shoum sunah ini,… berarti ada kemajuan dong….semoga.


Lho…kok jadi cerita shoum sunah judulnya kan Mabk Irah…pinjam uang

Mbak Irah adalah awalnya seorang janda dengan 1 anak laki-laki, kemudian menikah lagi dengan pemuda setempat (orang Betawi, maksudnya). Suaminya bekerja menjadi seorang tukang nasi goreng. Saat awal-awal pernikahan mereka sepertinya menikmati saja, seperti pengantin baru. Tetapi banyak berubah, bahkan hampir 180 derajat, ketika perkawinan mereka menginjak tahun kedua.

Mbak Irah sering bercerita, sambil menangis tentunya, mengadu kepada istri saya…kalau rumah tangganya akhir-akhir ini sedang diguncang prahara. Menurut mbak Irah, baru ketahuan, suaminya itu ternyata seorang pemalas, bekerjapun malas, kadang jualan, tetapi seringnya tutup. Belum lagi kebiasaan bangun siang, terus malamnya nongkrong,pulangnya pagi-pagi. Sehingga tidak jarang, mbak Irah ini tidak di kasih uang belanja. Ketika dimintapun yang ada juga suaminya marah-marah, timbulah pertengkaran. Dan mau nggak mau, mbak Irahpun harus bekerja lagi menjadi pembantu, sama ketika sebelum menikah dengan pemuda setempat itu.

Melalui telepon, Istriku bercerita, kalau mbak Irah yang biasa bantuin nyuci gosok di rumah mau pulang kampung, katanya ibunya sakit. Terus minta gajinya yang bulan ini Rp 400rb sambil pinjam juga Rp 500rb. Dalam hati saya, padahal lagi ada program penghematan nih..(maklum penghasilan pas, pengeluaran kelonggaran…), ternyata ada rencana Allah yang lebih dekat.

Istriku berharap, Aku mau meminjamkan dulu uang itu, karena siapa lagi mbak Irah berharap. Dia hanya seorang perempuan lemah, yang sedang berusaha mencari nafkah di pinggiran kota ini, demi sekolah anaknya di kampung. Belum genap satu bulanpun, uang gaji itu juga sudah habis untuk keperluan hidupnya. Lalu uang dari mana lagi dia?? untuk keperluan nengok ibunya yang sedang sakit.
Makanya ada momen nih, untuk sementara waktu menenangkan fikiran dulu, menjauh dari suaminya. Menengok ibunya yang sedang sakit, sambil pulang kampung, kata mbak Irah. Barangkali dengan menenangkan fikiran, ada jalan untuk menyelesaiakan masalah ini.

Itulah alasannya kenapa mbak Irah meminjam uang. Hmm…masuk akal juga (dasar laki-laki kali ya...segala sesuatu harus rasional), dalam hati saya sambil mengakhiri pembicaraan di telpon dengan istriku.

Tunggu lanjutan cerita ya…setelah mbak Irah kembali dari kampung.

Jakarta, 20 Desember 2010

Komentar

  1. welcome to blogger pak
    --iswandi iqro

    mampir juga di www.iswandibanna.com

    BalasHapus
  2. Jazakalloh...

    Tolong blog ana di cantolin ke web antum...Maklum pemula.
    Saya tunggu ya...

    M. Halik Amin

    BalasHapus
  3. saran pak

    dibuat tab: home, contact, about, tema populer
    tinggal edit laman

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar dengan tetap menjaga kesopanan

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku