Lelaki Kecil itu Belajar Meniti Cinta

Oleh Abu Fathi

Lelaki kecil itu bercerita, bahwa dia hanya orang biasa saja, dari keluarga yang sederhana, tetapi kelak ketika sudah menikah, dia tidak mau menjadi seorang suami yang biasa saja. Ia ingin menjadi suami pecinta, yang mencintai pasangannya karena Allah. Dan akan memberikan cinta terbaiknya pada pasangannya.

Memang awalnya biasa saja, ketika Lelaki Kecil ini ingin menikah adalah karena hasrat ‘jiwa mudanya’ yang begitu menggelora. Untuk agar jiwa mudanya itu tidak dijatuhkan pada tempat yang salah, maka menikahlah dia. Dalam pernikahan yang sederhana, mulailah hari itu Lelaki Kecil itu menjadi seorang suami. Mulailah dia menjadi seorang pembelajar cinta.

Sudah lebih dari 12 tahun Lelaki Kecil itu belajar meniti cinta, tetapi tetap saja dalam setiap perjalanan rumah tangga cintanya adalah pembelajaran. Ya, pembelajaran untuk saling cinta. Cinta kepada pasangannya, kekasihnya, istrinya tentunya.

Sudah menjadi sunatullah…manusiawi, seorang pembelajar akan menemui onak dan duri dalam belajarnya. Begitu juga Lelaki Kecil ini, selama lebih dari 12 tahun itu pula. Banyak sudah peristiwa yang menjadi pelajaran didalamnya, misal saja ketika Lelaki Kecil ini berbeda pendapat dengan pasangannya. Tetapi bukankah setiap perbedaan bisa dicari irisannya? Lelaki Kecil itu berusaha untuk mengambil ‘jalan tengah’ saja ketika perbedaan itu mulai meruncing.

Atau pada kesempatan lain, Lelaki Kecil itu memilih diam, mendengarkan, ketika pasangannya banyak ‘komplain’ perihal kebiasaan buruknya. Dan sambil berjanji dalam hatinya, berusaha untuk merubah kebiasaan buruknya.

Pernah juga suatu kali, Lelaki Kecil ini memuji istrinya yang sudah tidak lagi memakai baju daster bila ada di rumah. Baju yang sebagain besar di pakai oleh para ibu rumah tangga ketika dirumah, dihadapan para suaminya. Tetapi justru Istrinya memilih baju ‘yang hanya pantas dilihat oleh suaminya’. Karena suaminyalah yang paling berhak atas istrinya. Kata istrinya, “Biar Abinya betah dirumah…”

Lelaki Kecil itu berargumen, mereka belajar saling mencinta bukan karena karena harta atau jabatan, bukan pula iming-iming keduniawian lainnya. Mereka berusaha untuk saling mencinta karena keiman yang mereka dimilki, yang menautkan hati mereka didunia dan berharap berlanjut hingga di akhirat kelak.

Dan Lelaki Kecilpun berpesan kepada para pembaca yang budiman, pada hakikatnya setiap muslim mempunyai potensi untuk menumbuhkan dan mendapatkan rasa cinta dari saudaranya seiman, termasuk istrinya. Syaratnya, berusahalah untuk menjadi sosok pribadi yang sholih, menjadi suami atau istri yang sholih. Karena hati orang-orang yang sholih itu sudah digariskan akan terpaut satu sama yang lain, dan itu akan terjadi dengan sendirinya.

Terakhir, Lelaki Kecil itu mengutip hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud, “Hanya mereka yang saling cinta di jalan Allah saja lah, yang dapat merasakan manisnya iman. Rasulullah Saw. bersabda, tiga hal yang apabila terdapat dalam diri seorang muslim, maka ia akan merasakan lezatnya iman, yaitu, menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah Swt., dan ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana bencinya ia dicampakkan ke dalam neraka”. (HR. Abu Daud)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subhanalloh… Istriku Antar Jemput Sekolah

Inspirasi Bapak Tua Penjual Buku

Sepenggal Cinta Murobbiku